Ketika Anda mendengar kata "HIJAB" apa yang sedang ada dalam pikiran Anda?
Menurut Anda, apa yang dimaksud "HIJAB" itu?
Lalu, bagaimanakah cara yang baik untuk menggunakan "HIJAB" bagi wanita?
Pada tulisan saya kali ini, saya akan membahas sedikit terkait dengan hijab dan bagaimanakah agama saya memandang wanita yang diharuskan berhijab. Saya tidak akan memberikan tutorial bagaimanakah menggunakan hijab yang baik dan benar apalagi mencontohkannya untuk menggunakan hijab, karena saya seorang laki-laki (meskipun saya juga bisa memakai jilbab karena pernah belajar bagaimana memasangkannya). Saya hanya ingin membahas terkait bagaimanakah sudut pandang agama saya mengenai hijab itu sendiri dan bagaimanakah seorang wanita menyikapi kewajiban untuk memakai hijab dihadapan yang bukan muhrimnya. Saya sampaikan mohon maaf terlebih dahulu, sebelum membahas mengenai hijab ini lebih jauh. Karena pada dasarnya ilmu agama saya masih jauh dari mumpuni, sehingga saya membahas mengenai hijab ini hanya sebatas yang bisa saya pahami dari hasil diskusi dan membaca literatur-literatur saja. Saya merasa masih banyak kekurangan dalam membahas mengenai hijab, akan tetapi saya berusaha untuk membuka topik hijab ini sebagai pembahasan dikarenakan panggilan hati saya untuk membahas topik ini lebih mendalam. Saya sendiri merasa khawatir dengan kondisi yang saat ini terjadi di masyarakat terutama di Indonesia secara umumnya. Memang, Hijab sendiri sudah menjadi Trend tersendiri sehingga banyak orang yang sudah menggunakan hijab dalam kesehariannya untuk berbagai kegiatan dengan berbagai alasan yang mendasarinya. Oleh karena itu, saya ingin sedikit mengulas mengenai hijab ini dan bagaimana agama saya memandang akan pentingnya berhijab.
Hijab atau dengan kata lain dapat disebut sebagai penutup, merupakan kain yang digunakan oleh wanita untuk menutupi auratnya, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Hijab ini sekarang sedang menjamur dan menjadi trend dalam berbusana di kalangan wanita muslimah di Indonesia terutama. Banyak toko yang menjual hijab tersebut dengan berbagai varian warna, ukuran, bentuk, dan model. Semuanya mengikuti selera pasar yang mayoritas menyasar kalangan generasi muda yang suka dengan dunia mode dan selalu mengikuti perkembangan zaman. Hal ini tidak bisa dipungkiri lagi dan turut menyumbang semacam degragasi makna dalam berhijab. Seharusnya yang namanya hijab atau penutup atau lebih lazim dikenal sebagai jilbab, itu berfungsi untuk menutupi aurat, tidak memperlihatkan bentuk tubuh, menutupi hingga bagian dada, dan berwarna yang tidak mencolok. Namun, fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini, generasi muda ingin tetap menggunakan hijab dalam berbagai aktivitas tetapi masih terlihat modis. Memang terlihat modis itu juga dibolehkan, akan tetapi masih dalam batas yang ditentukan dan sesuai dengan koridor agama yang jelas. Tujuan menggunakan hijab sendiri pada awalnya untuk menutup aurat wanita dari laki-laki yang bukan muhrimnya agar tidak terjadi zina mata bagi yang melihatnya. Akan tetapi, fungsi utama tersebut, mulai bergeser karena gadis-gadis saat ini lebih memilih menggunakan hijab dengan berbagai variasi mode dan bentuk yang terkadang masih saja menunjukkan auratnya di hadapan publik. Beberapa hari yang lalu saya pernah menegur teman di Facebook saya karena dia seorang wanita yang menggunakan hijab akan tetapi hijabnya tidak menutup sempurna sehingga laki-laki masih bisa melihat bagian belahan bajunya yang terbuka. Hal ini bisa terjadi karena seorang wanita yang dinamis menginginkan menggunakan hijab yang memudahkan dia untuk bergerak sehingga hijab yang seharusnya menjulur kebawah, malah dia ikatkan dilehernya yang mengakibatkan hijab tersebut tidak bisa menutupi dengan sempurna bagian dada.
Agama saya mengajarkan bahwa aurat wanita itu adalah haram untuk dilihat atau ditampakkan dihadapan laki-laki yang bukan muhrimnya. Sehingga saya sering merasa sedih jika melihat masih banyak wanita yang tidak menyadari betapa berharganya diri mereka. Coba saja Anda bayangkan, Tuhan Anda menginginkan agar Anda menutupi diri Anda dari pandangan laki-laki di luar sana yang tidak pernah tahu apa yang ada dalam pikiran mereka, Tuhan Anda ingin agar Anda tidak menambah dosa-dosa Anda dengan cara tidak membangkitkan syahwat laki-laki dengan penampilan Anda yang jauh dari aturan agama, Tuhan Anda telah meninggikan derajat Anda dihadapan manusia yang lain sebagai wanita karena untuk bisa melihat diri Anda secara utuh, maka seorang laki-laki harus membayar Anda dengan mahar yang telah ditentukan dan berjanji akan menjaga Anda hingga akhir hayat Anda. Lihatlah kawan, betapa berharganya seorang wanita itu dan tidak mudah untuk mendapatkan seorang wanita karena wanita itu makhluk yang dimuliakan oleh-Nya. Tuhan berusaha menjaga Anda dengan aturan yang Dia buat agar Anda tetap terjaga dan senantiasa menjaga diri Anda sendiri dari perbuatan dosa. Coba kita buat perumpamaan jika seorang wanita itu adalah permen lolipop yang hendak dijual kepada orang. Anda memilih permen yang mana?
- a. Permen Lolipop yang masih terbungkus rapi, tidak ada cacat sedikitpun, masih ada dalam toples dan terbungkus plastik serta masih nampak belum terjamah oleh siapapun. atau,
- b. Permen Lolipop yang tanpa bungkus, diletakkan diatas meja kaca, sudah banyak lalat yang mengerubunginya, dan kita sendiri tidak pernah tahu mulut siapa saja yang sudah mencicipi lolipop tersebut.
Jika Anda masih memiliki logika yang baik dan nalar Anda masih berjalan dengan baik, maka Anda akan memilih untuk membeli lolipop yang "a" karena kondisinya masih bagus, masih terbungkus rapi, masih belum terkontaminasi oleh zat-zat yang bisa membuat kita sakit. Nah, inilah perumpamaan sederhana wanita berhijab itu. jika seorang wanita berhijab (lolipop "a"), dia akan senantiasa menutup auratnya dan menjaga dirinya dari perbuatan dosa termasuk menghindarkan lelaki di sekitarnya dari zina mata. Sedangkan wanita tanpa hijab (lolipop "b"), wanita ini akan lebih rentan untuk digoda oleh laki-laki karena lelaki memandang wanita yang tidak menggunakan hijab itu bisa digoda seenak hati mereka, kemudian akhlaknya juga dianggap tidak lebih baik dari yang memakai hijab. (mohon maaf jika kata-kata saya agak kasar, saya tidak bermaksud menghakimi wanita tanpa hijab. ini adalah sekedar perumpamaan saja).
Masih ada perumpamaan lain yang bisa menggambarkan kondisi wanita yang berhijab dengan wanita yang tidak berhijab. Wanita kita ibaratkan sebagai pakaian yang dijual oleh penjahit:
- a. Pakaian A dijual didalam sebuah toko oleh penjahitnya, toko tersebut memiliki etalase kaca yang digunakan untuk memamerkan pakaian yang sudah selesai dijahit dan siap untuk dijual. Penjahit itu menyediakan berbagai ukuran pakaian yang dipajang disana. Sang penjahit menggunakan kain sutra sebagai bahan pembuatan pakaian itu dan menjahitnya dengan benang dari emas. Sehingga Sang penjahit itu menjaga baik-baik pakaian yang dia jual di etalase toko tersebut. Bahkan, saking berhati-hatinya, dia memasang alarm anti-maling untuk mengamankan etalase toko tersebut dan diberikan pendingin ruangan agar kualitas pakaiannya tidak menurun serta membuat tulisan di depan etalase "Menyentuh berarti membeli". Hal ini dilakukan oleh Sang penjahit untuk menjaga pakaian yang dia juga itu tetap dalam kondisi "original". Sehingga siapapun yang ingin membelinya, tidak diizinkan untuk memegang sebelum akad jual beli terjadi dan tidak boleh ada mencobanya sebelum terjadi akad. Sehingga orang-orang yang berbelanja di toko tersebut tidaklah sembarang orang yang datang hanya untuk mencoba-coba pakaian tanpa membelinya.
- b. Pakaian B dijual oleh pedagang di emperan pasar yang bercampur aduk dengan pakaian lainnya. Padahal pakaian tersebut terbuat dari kain sutra pula dan menggunakan benang emas pula untuk menjahitnya. Karena tempat berjualannya yang di emperan pasar, dimana disana banyak sekali debu yang berterbangan kemudian menempel di pakaian tersebut, belum lagi masih terkena sengatan sinar matahari yang membuat warna pakaian itu pudar. Ketika orang ingin membelinya, mereka dengan seenaknya saja mencoba terlebih dahulu pakaian tersebut tanpa mempedulikan kualitas dari pakaian yang terbuat dari sutra tersebut. Mereka dengan leluasa mencoba pakaian itu meskipun belum tentu akan membelinya. Ketika ada orang yang ingin membelinya, Ia melihat kondisi pakaian itu sudah telihat lusuh dan kotor karena debu alhasil pembeli itu urung membelinya.
Dua perumpamaan tadi merupakan perumpamaan yang banyak digunakan oleh guru-guru saya ketika masih sekolah dulu untuk memotivasi anak didiknya yang perempuan agar mengenakan hijab. Saya memohon maaf apabila perumpamaan tadi terdapat kesalahan atau mungkin terdapat perbedaan penafsiran atau mungkin membuat Anda merasa tersudutkan. Tulisan ini adalah murni curahan hati saya kepada seluruh Muslimah yang ada di dunia ini, khususnya di Indonesia. Karena saya melihat mereka mengenakan hijab hanya asal-asalan saja dan tanpa melihat kaidah syar'i yang dianjurkan oleh agama. Saya berharap setiap muslimah bisa menggunakan hijab sebagai suatu kewajiban dalam agama untuk mengangkat derajat Anda sebagai seorang wanita.
Wahai kaum hawa, Tuhan kalian telah meninggikan derajat kalian dimata laki-laki, janganlah kalian menurunkan derajat kalian sendiri dihadapan kaum adam hanya karena kalian tidak menggunakan hijab. Mulai sekarang, silakan renungkanlah tulisan saya tadi. Apabila ada suatu kebenaran didalamnya itu datangnya dari ALLAH, jika ada kesalahan dalam penulisan itu murni datangnya dari saya sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari Lupa dan Salah.
Semoga tulisan saya bermanfaat dan dapat membuka wawasan, membuka mata dan membuka hati Anda. Saya adalah orang yang jauh dari kesempurnaan, saya mohon maaf apabila ada kesalahan atau ada kata-kata yang menyinggung perasaan pembaca.
Wassalamualaikum, Wr, Wb.
Djayakarta, 20 April 2014.
@Radenkikin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar