Perjalanan di Organisasi ini
tidak berakhir pada kegiatan Rakerwil di Jember saja, kegiatan selanjutnya yang
aku ikuti adalah agenda Musyawarah Wilayah II dan Rapat Pimpinan Nasional yang
diselenggarakan di Bumi Siliwangi Kampus UPI Setiabudhi Bandung pada tahun
2011. Kegiatan ini tidak kalah ramai dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya yang
aku ikuti, karena berskala nasional. Sebagai perwakilan dari UNJ, pada kegiatan
kali ini aku tidak hadir sendirian seperti pada kegiatan sebelumnya. Pada
kegiatan ini, ada 6 orang delegasi yang mewakili UNJ termasuk aku sebagai
delegasi. Kami mengawali rangkaian kegiatan dengan acara ramah tamah yang
diadakan di salah satu penginapan tempat peserta menginap yaitu di lingkungan
Pondok Pesantren Darut Tauhid milik Aa Gym. Pada kegiatan ramah tamah ini,
semua delegasi wajib memperkenalkan diri, berasal dari kampus mana dan harus
ada ciri khas dari daerah mereka berasal yang mereka tampilkan pada sesi
perkenalan ini. Acaranya juga sangat meriah karena delegasi yang hadir pada
kegiatan ini tidak hanya berasal dari wilayah Sumatera dan Jawa saja, tetapi
juga dari Nusa Tenggara dan Sulawesi juga hadir pada kegiatan ini.
Pagi
harinya, rangkaian kegiatan dimulai dan dibuka melalui sebuah seminar berskala
nasional di Auditorium Jicca FMIPA UPI. Seminar bertema Grand Design Pendidikan
Karakter Melalui BK tidak hanya dihadiri oleh delegasi perwakilan kampus yang
mengikuti kegiatan Muswil dan Rapimnas saja, tetapi dihadiri juga oleh guru BK
dari daerah Bandung dan sekitarnya serta mahasiswa BK UPI. Seusai acara seminar
ini dilaksanakan, dilanjutkan dengan pemberian sambutan yang dilakukan di
Auditorium FIP UPI. Acara ini digelar sampai sore hari dan kemudian dilanjutkan
dengan agenda Muswil yaitu untuk menentukan presidium siding tetap yang
dilakukan di Bookstore UPI. Pada pemilihan presidium tetap ini, aku dan mas
Rizki dari UM ijin untuk ke kamar mandi tetapi tidak kembali sampai pemilihan
presidium tetap selesai. Hal ini kami lakukan agar kami berdua tidak terpilih
sebagai presidium tetap dan memiliki hak suara serta hak bicara penuh sebagai
delegasi kampus masing-masing. Selain itu juga, jika saya menjadi presidium
tetap, maka kesempatan saya untuk mengajukan diri sebagai ketua wilayah dalam
forum musyawarah wilayah ini akan hilang. Akhirnya kami berdua bersepakat untuk
menghabiskan waktu di depan toilet kampus UPI yang ketika malam hari tampak
jauh lebih menyeramkan daripada ketika siang hari. *Catatan untuk adik-adik
yang membaca tulisan ini, jangan pernah meniru apa yang saya lakukan bersama
Mas Rizki dari UM ini ya, karena hal ini sebenarnya tidak patut dilakukan jika
kalian mengikuti sebuah forum resmi.*
Keesokan
harinya, musyawah wilayah dimulai dengan agenda pembacaan LPJ Pengurus Wilayah
II. Pembacaan LPJ dilakukan oleh ketua dan pengurus wilayah II yang akan
didemisionerkan. Teteh Yuli Nurmalasari Ketua Wilayah II sekaligus Pacarnya Mas
Rizki dari UM (sekarang sih sudah resmi jadi suami istri) menyampaikan LPJ
mengenai program kerja dari pengurus wilayah II. Kemudian pembacaan LPJ
dilanjutkan oleh pengurus yang lainnya sesuai dengan bidang kerja mereka
masing-masing. Setelah pembacaan LPJ selesai, dilanjutkan dengan penyampaian
pandangan dan rekomendasi dari masing-masing delegasi yang hadir di acara
musyawarah wilayah ini. Setelah melalui perdebatan yang alot terkait diterima
atau ditolaknya laporan pertanggungjawaban ini, akhirnya disepakati bersama
bahwa laoran pertanggungjawaban pengurus wilayah II diterima dengan berbagai
catatan yang mengiringinya. Musyawarah Wilayah kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan mekanisme pencalonan ketua wilayah dan bagaimana mekanisme pemilihannya
juga.
Rangkaian
pemilihan ketua wilayah dimulai dengan pembahasan tata tertib pemilihan ketua
wilayah IMABKIN, setelah pembahasan tata tertib ini selesai, kemudian
dilanjutkan dengan pencalonan ketua wilayah dan proses verifikasi bakal calon
ketua wilayah. Pada pencalonan ketua wilayah ini, namaku muncul sebagai salah
satu kandidat calon ketua wilayah II IMABKIN. Pada saat proses verifikasi, aku
memutuskan untuk mengundurkan diri dari pencalonan. Hal disebabkan karena IPK
yang aku peroleh kurang dari 3,00 atau sekitar 2,98. Ketika aku memutuskan
mengundurkan diri ini, aku tidak menjelaskan secara pasti alasannya kenapa aku
memutuskan mundur dari pencalonan ini, kepada beberapa senior aku katakan bahwa
aku tidak ingin memegang wilayah II, biar rekan-rekan dari daerah lainnya yang
memegangnya sehingga tidak terkesan terlalu sentral harus di Jakarta sebagai
sentral dari wilayah II. Beberapa senior setuju dengan alasan pengunduran diri
tersebut, tetapi ada beberapa senior yang sepertinya kecewa terkait keputusan
yang aku ambil tersebut. Setelah selesai proses verifikasi, dimulailah proses
pemilihan ketua wilayah II.
Suasana
pemilihan cukup kondusif karena memang masing-masing delegasi sudah memiliki
pilihan masing-masing. Kemudian, saudara Azhar dari Universitas Negeri Malang
terpilih sebagai ketua wilayah II. Pada saat Azhar dinyatakan terpilih sebagai
ketua wilayah, aku dan beberapa senior berdiskusi terkait hasil pilihan
rekan-rekan forum di musyawarah wilayah ini. Karena kami tidak ingin kejadian
ketua wilayah yang mengundurkan diri terulang kembali, mengingat Azhar berasal
dari kampus yang sama dengan ketua wilayah II sebelumnya yang mengundurkan
diri. Kami berharap selama satu periode kedepan, Azhar bisa memimpin wilayah II
dengan lebih bijak, mengingat cakupan wilayah II yang membentang dari Pulau Jawa,
Bali, Nusa Tenggara Barat sampai Nusa Tenggara Timur. Kami berharap terjadi
sebuah perkembangan yang lebih baik dan bisa lebih menghidupkan wilayah II
sehingga bisa menjadi salah satu kepengurusan wilayah yang bisa dicontoh oleh
wilayah lainnya dalam menjalankan kepemimpinannya. Pada kenyataannya, ketika
kepengurusan ini berjalan, Azhar kurang memberikan kontribusi positif dalam
organisasi sehingga wilayah II terkesan mati suri, padahal kepengurusan sendiri
masih ada dan berjalan.
Pemilihan
ketua wilayah telah diselesaikan dan dilanjutkan pada agenda selanjutnya yaitu
Rapat Pimpinan Nasional Pengurus Pusat IMABKIN. Pada rapat ini, delegasi yang
hadir dibagi menjadi beberapa komisi sehingga bisa lebih fokus untuk membahas
permasalahan yang dihadapi oleh pengurus pusat. Kebetulan pada malam itu, saya
mendapatkan bagian di komisi yang membahas terkait dengan tuan rumah kongres
selanjutnya. Pada komisi ini, saya menyampaikan pandangan saya jika kongres
selanjutnya sebaiknya dilakukan di tempat ketua umum berada, harapannya agar
nanti lebih mudah untuk mengurus semua keperluan dan juga persiapan pelaksanaan
kongres tersebut. Selain itu juga, kami berharap agar ini menjadi sebuah
tradisi baru di IMABKIN dan pada periode selanjutnya dapat dilaksanakan secara
terus menerus. Karena mengingat waktu yang sudah semakin larut, sehingga
pelaksanaan rapat komisi dan siding pleno juga dipindahkan ke penginapan. Sebagai
tempat pleno dipilihlah penginapan pria yang bertempat di deretan paling ujung
penginapan yang juga merupakan tempat menginapku. Disana kami menyampaikan
pandangan-pandangan kami terkait berbagai permasalahan yang dihadapi dan juga
terkait pelaksanaan kongres selanjutnya. Sayangnya, karena terlalu lelahnya,
setelah menyampaikan pandangan komisi dan diterima pandangan tersebut oleh
forum, aku mencuri-curi untuk tidur di tempat siding, akhirnya malah ketiduran
dan tidak ada yang membangunkan sampai terasa dingin karena memang aku tidur
dekat dengan jendela. Begitu aku terbangun, semua delegasi sudah menghilang dan
hanya ada beberapa delegasi yang masih ngobrol termasuk Mas Dani dari UM. Akhirnya
aku berpindah ke kamar bersama dengan delegasi lainnya.
Hari
terakhir di Bandung diisi dengan rangkaian kegiatan jalan-jalan, panitia sudah
memberikan kejutan kepada peserta dan mengajak peserta untuk berjalan-jalan ke
Museum Geologi dan juga di Saung Angklung Mang Udjo. Tempat pertama yang
dikunjungi adalah Museum Geologi, ya namanya mahasiswa, dimanapun berada wajib
untuk berfoto-foto bersama. Jadi kami berkunjung ke Museum Geologi juga lebih
banyak melakukan foto-foto bersama di ruangan museum, yang seharusnya tidak
diijinkan sesuai dengan aturan yang ada di museum. Banyak koleksi-koleksi foto
kami selama jalan-jalan tersebut, kalau tanya mana koleksinya, silakan hubungi
panitia dan rekan-rekan peserta yang datang kesana membawa kamera, da aku mah
apa atuh. He he he he….
Seusai
dari Museum Geologi, kami semua bergerak menuju Saung Angklung Mang Udjo. Kami
mengikuti pagelaran yang ditampilkan di Saung Angklung ini. Kami menyaksikan
pertunjukan tari, pertunjukan wayang dan juga yang tidak ketinggalan adalah
memainkan angklung massal yang dilakukan oleh seluruh delegasi yang hadir serta
penonton yang ada disana saat itu. Kami riang gembira menari bersama karena
kami semua tahu, setiap perjumpaan pasti akan ada perpisahan. Begitu juga
dengan acara di UPI ini, kami harus berpisah dengan rekan-rekan yang kami kenal
dalam beberapa hari kebelakang, tetapi kami tetap jaga semangat silaturahmi
diantara kami semua. Aku sendiri tidak pernah putus menjalin silaturahmi dengan
rekan-rekan dari berbagai daerah. Memang berat ketika sudah bersama-sama selama
beberapa hari kemudian kita diminta untuk kembali ke daerahnya masing-masing,
tetapi kami tetap menyimpan setiap memori kenangan ini dalam sebuah kotak besar
yang bernama IMABKIN, sebuah kotak yang senantiasa terisi dengan ribuan
pengalaman baru serta mampu menyatukan mahasiswa BK dari penjuru negeri untuk
bersatu padu membangun negeri ini melalui profesi BK. Aku percaya, suatu saat
nanti mereka yang pernah ikut dalam kegiatan IMABKIN akan ada yang menjadi
orang penting di negeri ini, sehingga mereka bisa mengangkat nama profesi ini
menjadi lebih dihargai dan mendapatkan tempat yang layak di negeri kita
tercinta ini. Harapan besar kami setelah mengikuti kegiatan IMABKIN ini, kami
bisa terus menjaga semangat persatuan dan kesatuan dalam berbagai hal termasuk
dalam pengembangan ke-BKan. Besar harapan kami dan pendiri IMABKIN untuk
menjadikan organisasi ini sebagai sebuah wadah yang menghimpun seluruh
mahasiswa BK di Indonesia untuk bersama-sama memperjuangkan kelangsungan serta
keberlanjutan BK sebagai sebuah profesi yang utuh di bumi pertiwi ini. Semoga
IMABKIN semakin bertumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang lebih baik
lagi dalam mewadahi rekan-rekan BK di Indonesia. Aku Menyayangimu IMABKIN.
Nanti akan berlanjut ke Part 3 ya…..
Tunggu kelanjutannya, nanti ada “From
IMABKIN With Love” juga lho, jadi tunggu edisi selanjutnya tulisanku tentang
IMABKIN.
Semoga bermanfaat…….