Jumat, 17 April 2015

IMABKIN Perjalananku, Part 2

Perjalanan di Organisasi ini tidak berakhir pada kegiatan Rakerwil di Jember saja, kegiatan selanjutnya yang aku ikuti adalah agenda Musyawarah Wilayah II dan Rapat Pimpinan Nasional yang diselenggarakan di Bumi Siliwangi Kampus UPI Setiabudhi Bandung pada tahun 2011. Kegiatan ini tidak kalah ramai dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya yang aku ikuti, karena berskala nasional. Sebagai perwakilan dari UNJ, pada kegiatan kali ini aku tidak hadir sendirian seperti pada kegiatan sebelumnya. Pada kegiatan ini, ada 6 orang delegasi yang mewakili UNJ termasuk aku sebagai delegasi. Kami mengawali rangkaian kegiatan dengan acara ramah tamah yang diadakan di salah satu penginapan tempat peserta menginap yaitu di lingkungan Pondok Pesantren Darut Tauhid milik Aa Gym. Pada kegiatan ramah tamah ini, semua delegasi wajib memperkenalkan diri, berasal dari kampus mana dan harus ada ciri khas dari daerah mereka berasal yang mereka tampilkan pada sesi perkenalan ini. Acaranya juga sangat meriah karena delegasi yang hadir pada kegiatan ini tidak hanya berasal dari wilayah Sumatera dan Jawa saja, tetapi juga dari Nusa Tenggara dan Sulawesi juga hadir pada kegiatan ini.
          Pagi harinya, rangkaian kegiatan dimulai dan dibuka melalui sebuah seminar berskala nasional di Auditorium Jicca FMIPA UPI. Seminar bertema Grand Design Pendidikan Karakter Melalui BK tidak hanya dihadiri oleh delegasi perwakilan kampus yang mengikuti kegiatan Muswil dan Rapimnas saja, tetapi dihadiri juga oleh guru BK dari daerah Bandung dan sekitarnya serta mahasiswa BK UPI. Seusai acara seminar ini dilaksanakan, dilanjutkan dengan pemberian sambutan yang dilakukan di Auditorium FIP UPI. Acara ini digelar sampai sore hari dan kemudian dilanjutkan dengan agenda Muswil yaitu untuk menentukan presidium siding tetap yang dilakukan di Bookstore UPI. Pada pemilihan presidium tetap ini, aku dan mas Rizki dari UM ijin untuk ke kamar mandi tetapi tidak kembali sampai pemilihan presidium tetap selesai. Hal ini kami lakukan agar kami berdua tidak terpilih sebagai presidium tetap dan memiliki hak suara serta hak bicara penuh sebagai delegasi kampus masing-masing. Selain itu juga, jika saya menjadi presidium tetap, maka kesempatan saya untuk mengajukan diri sebagai ketua wilayah dalam forum musyawarah wilayah ini akan hilang. Akhirnya kami berdua bersepakat untuk menghabiskan waktu di depan toilet kampus UPI yang ketika malam hari tampak jauh lebih menyeramkan daripada ketika siang hari. *Catatan untuk adik-adik yang membaca tulisan ini, jangan pernah meniru apa yang saya lakukan bersama Mas Rizki dari UM ini ya, karena hal ini sebenarnya tidak patut dilakukan jika kalian mengikuti sebuah forum resmi.*
          Keesokan harinya, musyawah wilayah dimulai dengan agenda pembacaan LPJ Pengurus Wilayah II. Pembacaan LPJ dilakukan oleh ketua dan pengurus wilayah II yang akan didemisionerkan. Teteh Yuli Nurmalasari Ketua Wilayah II sekaligus Pacarnya Mas Rizki dari UM (sekarang sih sudah resmi jadi suami istri) menyampaikan LPJ mengenai program kerja dari pengurus wilayah II. Kemudian pembacaan LPJ dilanjutkan oleh pengurus yang lainnya sesuai dengan bidang kerja mereka masing-masing. Setelah pembacaan LPJ selesai, dilanjutkan dengan penyampaian pandangan dan rekomendasi dari masing-masing delegasi yang hadir di acara musyawarah wilayah ini. Setelah melalui perdebatan yang alot terkait diterima atau ditolaknya laporan pertanggungjawaban ini, akhirnya disepakati bersama bahwa laoran pertanggungjawaban pengurus wilayah II diterima dengan berbagai catatan yang mengiringinya. Musyawarah Wilayah kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mekanisme pencalonan ketua wilayah dan bagaimana mekanisme pemilihannya juga.
          Rangkaian pemilihan ketua wilayah dimulai dengan pembahasan tata tertib pemilihan ketua wilayah IMABKIN, setelah pembahasan tata tertib ini selesai, kemudian dilanjutkan dengan pencalonan ketua wilayah dan proses verifikasi bakal calon ketua wilayah. Pada pencalonan ketua wilayah ini, namaku muncul sebagai salah satu kandidat calon ketua wilayah II IMABKIN. Pada saat proses verifikasi, aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari pencalonan. Hal disebabkan karena IPK yang aku peroleh kurang dari 3,00 atau sekitar 2,98. Ketika aku memutuskan mengundurkan diri ini, aku tidak menjelaskan secara pasti alasannya kenapa aku memutuskan mundur dari pencalonan ini, kepada beberapa senior aku katakan bahwa aku tidak ingin memegang wilayah II, biar rekan-rekan dari daerah lainnya yang memegangnya sehingga tidak terkesan terlalu sentral harus di Jakarta sebagai sentral dari wilayah II. Beberapa senior setuju dengan alasan pengunduran diri tersebut, tetapi ada beberapa senior yang sepertinya kecewa terkait keputusan yang aku ambil tersebut. Setelah selesai proses verifikasi, dimulailah proses pemilihan ketua wilayah II.
          Suasana pemilihan cukup kondusif karena memang masing-masing delegasi sudah memiliki pilihan masing-masing. Kemudian, saudara Azhar dari Universitas Negeri Malang terpilih sebagai ketua wilayah II. Pada saat Azhar dinyatakan terpilih sebagai ketua wilayah, aku dan beberapa senior berdiskusi terkait hasil pilihan rekan-rekan forum di musyawarah wilayah ini. Karena kami tidak ingin kejadian ketua wilayah yang mengundurkan diri terulang kembali, mengingat Azhar berasal dari kampus yang sama dengan ketua wilayah II sebelumnya yang mengundurkan diri. Kami berharap selama satu periode kedepan, Azhar bisa memimpin wilayah II dengan lebih bijak, mengingat cakupan wilayah II yang membentang dari Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat sampai Nusa Tenggara Timur. Kami berharap terjadi sebuah perkembangan yang lebih baik dan bisa lebih menghidupkan wilayah II sehingga bisa menjadi salah satu kepengurusan wilayah yang bisa dicontoh oleh wilayah lainnya dalam menjalankan kepemimpinannya. Pada kenyataannya, ketika kepengurusan ini berjalan, Azhar kurang memberikan kontribusi positif dalam organisasi sehingga wilayah II terkesan mati suri, padahal kepengurusan sendiri masih ada dan berjalan.
        Pemilihan ketua wilayah telah diselesaikan dan dilanjutkan pada agenda selanjutnya yaitu Rapat Pimpinan Nasional Pengurus Pusat IMABKIN. Pada rapat ini, delegasi yang hadir dibagi menjadi beberapa komisi sehingga bisa lebih fokus untuk membahas permasalahan yang dihadapi oleh pengurus pusat. Kebetulan pada malam itu, saya mendapatkan bagian di komisi yang membahas terkait dengan tuan rumah kongres selanjutnya. Pada komisi ini, saya menyampaikan pandangan saya jika kongres selanjutnya sebaiknya dilakukan di tempat ketua umum berada, harapannya agar nanti lebih mudah untuk mengurus semua keperluan dan juga persiapan pelaksanaan kongres tersebut. Selain itu juga, kami berharap agar ini menjadi sebuah tradisi baru di IMABKIN dan pada periode selanjutnya dapat dilaksanakan secara terus menerus. Karena mengingat waktu yang sudah semakin larut, sehingga pelaksanaan rapat komisi dan siding pleno juga dipindahkan ke penginapan. Sebagai tempat pleno dipilihlah penginapan pria yang bertempat di deretan paling ujung penginapan yang juga merupakan tempat menginapku. Disana kami menyampaikan pandangan-pandangan kami terkait berbagai permasalahan yang dihadapi dan juga terkait pelaksanaan kongres selanjutnya. Sayangnya, karena terlalu lelahnya, setelah menyampaikan pandangan komisi dan diterima pandangan tersebut oleh forum, aku mencuri-curi untuk tidur di tempat siding, akhirnya malah ketiduran dan tidak ada yang membangunkan sampai terasa dingin karena memang aku tidur dekat dengan jendela. Begitu aku terbangun, semua delegasi sudah menghilang dan hanya ada beberapa delegasi yang masih ngobrol termasuk Mas Dani dari UM. Akhirnya aku berpindah ke kamar bersama dengan delegasi lainnya.
          Hari terakhir di Bandung diisi dengan rangkaian kegiatan jalan-jalan, panitia sudah memberikan kejutan kepada peserta dan mengajak peserta untuk berjalan-jalan ke Museum Geologi dan juga di Saung Angklung Mang Udjo. Tempat pertama yang dikunjungi adalah Museum Geologi, ya namanya mahasiswa, dimanapun berada wajib untuk berfoto-foto bersama. Jadi kami berkunjung ke Museum Geologi juga lebih banyak melakukan foto-foto bersama di ruangan museum, yang seharusnya tidak diijinkan sesuai dengan aturan yang ada di museum. Banyak koleksi-koleksi foto kami selama jalan-jalan tersebut, kalau tanya mana koleksinya, silakan hubungi panitia dan rekan-rekan peserta yang datang kesana membawa kamera, da aku mah apa atuh. He he he he….
Seusai dari Museum Geologi, kami semua bergerak menuju Saung Angklung Mang Udjo. Kami mengikuti pagelaran yang ditampilkan di Saung Angklung ini. Kami menyaksikan pertunjukan tari, pertunjukan wayang dan juga yang tidak ketinggalan adalah memainkan angklung massal yang dilakukan oleh seluruh delegasi yang hadir serta penonton yang ada disana saat itu. Kami riang gembira menari bersama karena kami semua tahu, setiap perjumpaan pasti akan ada perpisahan. Begitu juga dengan acara di UPI ini, kami harus berpisah dengan rekan-rekan yang kami kenal dalam beberapa hari kebelakang, tetapi kami tetap jaga semangat silaturahmi diantara kami semua. Aku sendiri tidak pernah putus menjalin silaturahmi dengan rekan-rekan dari berbagai daerah. Memang berat ketika sudah bersama-sama selama beberapa hari kemudian kita diminta untuk kembali ke daerahnya masing-masing, tetapi kami tetap menyimpan setiap memori kenangan ini dalam sebuah kotak besar yang bernama IMABKIN, sebuah kotak yang senantiasa terisi dengan ribuan pengalaman baru serta mampu menyatukan mahasiswa BK dari penjuru negeri untuk bersatu padu membangun negeri ini melalui profesi BK. Aku percaya, suatu saat nanti mereka yang pernah ikut dalam kegiatan IMABKIN akan ada yang menjadi orang penting di negeri ini, sehingga mereka bisa mengangkat nama profesi ini menjadi lebih dihargai dan mendapatkan tempat yang layak di negeri kita tercinta ini. Harapan besar kami setelah mengikuti kegiatan IMABKIN ini, kami bisa terus menjaga semangat persatuan dan kesatuan dalam berbagai hal termasuk dalam pengembangan ke-BKan. Besar harapan kami dan pendiri IMABKIN untuk menjadikan organisasi ini sebagai sebuah wadah yang menghimpun seluruh mahasiswa BK di Indonesia untuk bersama-sama memperjuangkan kelangsungan serta keberlanjutan BK sebagai sebuah profesi yang utuh di bumi pertiwi ini. Semoga IMABKIN semakin bertumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang lebih baik lagi dalam mewadahi rekan-rekan BK di Indonesia. Aku Menyayangimu IMABKIN.

Nanti akan berlanjut ke Part 3 ya…..
Tunggu kelanjutannya, nanti ada “From IMABKIN With Love” juga lho, jadi tunggu edisi selanjutnya tulisanku tentang IMABKIN.
Semoga bermanfaat…….

Rabu, 15 April 2015

IMABKIN Perjalananku Part 1

IMABKIN merupakan sebuah organisasi profesi kemahasiswaan bimbingan dan konseling seluruh Indonesia. Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 9 Desember 2007 di Jakarta dengan Universitas Negeri Jakarta sebagai tuan rumah kongres pertama. Aku mengenal IMABKIN sejak tahun 2009 atau lebih tepatnya saat aku memulai perjalanan kehidupanku di bangku kuliah. Ketika itu, masa pengenalan akademik kampus menjadi ajang perkenalan pertamaku dengan organisasi ini. Senior-seniorku yang mengenalkannya melalui acara sosialisasi yang dirangkai dalam kegiatan pengenalan akademik di tingkat jurusan.
          Sejak awal, aku sudah sangat tertarik dengan organisasi ini dan berkeinginan untuk mengembangkan kemampuanku dalam hal berorganisasi melalui IMABKIN ini. Aku mengatakan kepada seniorku terkait keinginanku untuk aktif dalam organisasi ini serta ingin membesarkan IMABKIN yang pada saat itu masih berumur belum genap 2 tahun itu. Seniorku yang bernama Adi Sukardi menyambut baik keinginanku ini untuk aktif dalam IMABKIN, kemudian dia memberi tahu kepadaku bahwa akan diadakan kongres kedua di Surabaya sekitar bulan Desember 2009. Aku mengatakan bahwa aku akan memastikan diri untuk hadir pada acara kongres tersebut.
          Bulan Desember 2009, aku kembali bertanya kepada seniorku terkait agenda kongres, karena sampai awal bulan masih belum ada konfirmasi. Ternyata, pelaksanaan kongres harus diundur mengingat kesiapan panitia kongres di Surabaya. Sehingga kongres baru dapat dilaksanakan pada bulan Januari 2010. Pada saat berangkat menuju tempat kongres, aku sempatkan mampir pulang ke rumah terlebih dahulu, karena memang aku pesan tiket kereta ke Stasiun Bojonegoro biar bisa pulang terlebih dahulu sebelum berangkat ke Surabaya menggunakan bis. Aku berangkat menuju tempat kongres menggunakan bis dari Bojonegoro kemudian naik bis lagi arah Terminal Bungurasih dan turun di salah satu jalan di Surabaya lebih tepatnya di sebelah selatan Jalan Ahmad Yani, aku sendiri lupa nama jalannya apa, yang aku ingat tempatnya tersebut adalah kantor dari pamanku. Sewaktu aku memasuki lingkungan tempat acara, aku berjumpa dengan pamanku dan memintaku untuk mampir, tetapi karena aku sendiri masih harus mengikuti acara kongres otomatis tidak bisa mampir.
          Kegiatan kongres diawali dengan pembacaan laporan pertanggungjawaban dan dilanjutkan pembahasan AD-ART IMABKIN, agenda pembahasan ini sendiri memakan waktu cukup lama. Setelah pembahasan ini selesai, dilanjutkan dengan agenda pemilihan ketua umum IMABKIN. Pada agenda pemilihan ketua umum ini, terjadi perseteruan sengit antara perguruan tinggi negeri dengan perguruan tinggi swasta. Hal ini menyebabkan ada dua kubu yang bertarung dalam pemilihan ketua ini, kubu PTN diwakili oleh Wizurai Wirawan dari Universitas Negeri Makassar, serta Khoirul Umam dari IKIP PGRI Semarang yang mewakili PTS. Perolehan suara mereka juga sangat ketat, meskipun demikian, Wizurai Wirawan terpilih sebagai ketua umum IMABKIN 2009-2011. Setelah melalui pemilihan ketua umum yng a lot dan memakan waktu cukup lama, sekitar jam 3 dini hari kegiatan kongres ditutup dengan terpilihnya Wizurai Wirawan sebagai ketua umum, setelah itu jam 8 pagi kami harus mengikuti seminar nasional sebagai salah satu rangkaian acara kongres IMABKIN. Sebagian besar peserta kongres yang merupakan peserta kongres juga tidak bisa menahan rasa kantuknya karena harus menjalani persidangan sampai dini hari. Selesai pelaksanaan kongres, semua peserta diajak untuk melakukan field trip di Kota Pahlawan, aku lebih memilih untuk balik terlebih dahulu karena harus mampir ke rumah salah satu pamanku di Surabaya.
          Pada saat libur semester genap sekitar bulan Juni-Juli 2010, ketika itu aku sedang berlibur di rumah kakekku di daerah Lamongan Jawa Timur, pada saat itu hari rabu malam. Aku mendapatkan telepon dari seniorku yang meminta pada hari jumat untuk berangkat ke Jember guna mengikuti kegiatan Rakerwil untuk wilayah II yang meliputi Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Aku sendiri kaget karena harus pulang ke rumah terlebih dahulu dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Jember sendirian, sedangkan aku sendiri belum pernah sekalipun pergi kesana. Aku bertanya pada rekanku yang rumahnya di Jember terkait rute dan bis apa yang bisa membawaku ke sisi timur Propinsi Jawa Timur tersebut. Hari jumat pagi aku putuskan untuk berangkat ke Surabaya melalui Bojonegoro. Setibanya di Surabaya, aku mencari bis yang bisa membawaku ke Jember, aku berada di bis tersebut cukup lama. Sore hari sekitar jam 4 sore aku baru sampai di Jember, kemudian karena tidak ada panitia yang menjemput di terminal, mau tidak mau aku naik angkot menuju IKIP PGRI Jember, untungnya hanya sekali naik angkot dan turun pas tepat di depan kampusnya. Disana aku sudah ditunggu oleh panitia dari IKIP PGRI Jember dan ada salah satu rekan yang aku kenal yaitu Rizki dari Universitas Negeri Malang, ternyata dia sebagai Steering Committee di acara tersebut. Mas Rizki ini pasti hadir karena memang sang pacar yaitu Teh Yuli Nurmalasari dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, merupakan pelaksana tugas Ketua Wilayah II IMABKIN. Sehingga Mas Rizki pasti hadir juga di acara tersebut. Menjelang maghrib, kami semua diantarkan oleh panitia menuju tempat peristirahatan sekaligus tempat acara di kawasan wisata Rembangan. Tempat acara ini berada di atas pegunungan dengan nuansa khas pegunungan dan bisa melihat keindahan Jember di waktu malam hari.
          Pada hari Sabtu pagi, kami memulai rangkaian acara RAKERWIL yaitu dengan pembahasan program kerja Wilayah II yang dibahas melalui rapat komisi kemudian dilanjutkan dengan pembahasan melalui siding pleno. Pembahasan program kerja ini sebenarnya tidak membutuhkan waktu yang lama karena pengurus wilayah II sudah menyiapkan draft program kerja yang akan dibahas dalam forum. Sehingga kinerja tim dalam komisi menjadi lebih mudah karena tidak perlu meraba lagi apa saja yang hendak dijadikan program kerja, tim komisi tinggal membahasnya dan menambahkan atau menghapuskan program kerja tersebut agar lebih relevan. Sore hari sebelum magrib, program kerja sudah disepakati dan sudah disahkan dalam persidangan pleno. Pada malam hari, sebenarnya pengurus pusat akan mengadakan rapat internal, akan tetapi banyak pengurus pusat dan wilayah yang mengajukan ijin kepada ketua umum untuk ke kota membeli jagung bakar di alun-alun. Padahal, mereka tidak membeli jagung bakar tersebut melainkan ke kafe untuk karaoke disana sambil minum kopi. Aku termasuk kedalam salah satu tersangka didalamnya, momen ini selalu dikenang sebagai salah satu momen melarikan diri paling absurd oleh pengurus IMABKIN. Ketua umum menelepon untuk memastikan posisi rekan-rekan pengurus IMABKIN dan peserta Rakerwil, karena banyak yang menghilang dari tempat acara. Kami yang “katanya” mencari jagung bakar tersebut sekalian melakukan pengecekan mengenai kesiapan untuk menggelar seminar nasional di kampus IKIP PGRI Jember.
          Pagi hari, kami harus sudah bersiap untuk menuju kampus guna mengikuti kegiatan Seminar Nasional sebagai kegiatan penutup dan sekaligus diagendakan untuk mengadakan field trip tetapi untuk acara jalan-jalan tidak jadi dilaksanakan dikarenakan acara seminar sendiri mundur selesainya, sehingga untuk acara jalan-jalan harus dibatalkan. Kami harus menginap semalam lagi di Jember, untuk kali ini kami menginap di panitia yang sekaligus pengurus IMABKIN, kami menginap di kost-kostan salah satu senior IMABKIN yang ada di Jember. Kami tidak mungkin memaksakan untuk kembali ke Surabaya pada malam hari karena kendaraan umumnya yang sulit untuk semua delegasi bisa terangkut, kami memutuskan menggunakan kereta api di keesokan harinya. Kami harus tiba di stasiun sebelum jam 5 pagi agar masih bisa dapat kereta yang menuju ke Surabaya dan melanjutkan perjalanan menuju daerah masing-masing. Aku memutuskan untuk mampir di kampus UNESA Lidah Wetan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ke rumah pamanku yang di Surabaya. Sekalian aku bertemu dengan rekan-rekan SMA yang melanjutkan studi disana.