Rabu, 19 Oktober 2016

Semangat Tak Tergantikan (Late Post)

Hari ini tanggal 14 September 2015, agendaku adalah memasukkan proposal ke beberapa kementrian dan perusahaan untuk meminta bantuan dana agar temanku dari UNY Yogyakarta bisa berangkat untuk mengikuti kompetisi di Polandia pada bulan Oktober nanti. Aku mengawali perjalananku memasukkan proposal ke BNI 46 yang berkantor pusat di daerah Dukuh Atas, karena kebetulan aku menggunakan jasa Transjakarta untuk mobilitasku. Sehingga aku memutuskan untuk ke BNI 46 terlebih dahulu karena letaknya yang tidak jauh dari halte Transjakarta Dukuh Atas. Kemudian perjalananku aku lanjutkan menuju Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dikti), tempat bernaungnya perguruan tinggi di Indonesia. Jika dulu, Dikti berada di bawah Kemendikbud, tetapi sejak kepemimpinan Pak Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia, Dikti berada dibawah Kemenristek. Meskipun kondisi cuaca Jakarta yang terik, aku tetap melanjutkan perjalananku menuju kantor pusat Pertamina untuk mengajukan permohonan bantuan dana. Tetapi sebelum ke Pertamina, aku mampir ke Stasiun gambir untuk melakukan cetak tiket mandiri di konter yang sudah disediakan oleh pihak stasiun, kebetulan akhir bulan September aku akan pergi ke Tasikmalaya dan akhir Oktober akan pergi ke Semarang. Aku memilih menggunakan jasa kereta api untuk pergi ke dua kota tersebut.
          Seusai dari kantor pusat Pertamina, aku melanjutkan perjalanan ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Karena waktu sudah menunjukkan jam makan siang, aku mampir terlebih dahulu ke salah satu pusat belanja di sebelah kementrian sambil menunggu jam istirahat selesai. Kemudian aku ke kementrian setelah makan siang dan numpang sholat terlebih dahulu di masjidnya. Kebetulan hari ini di kementrian ada agenda Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomojari) untuk SMP Terbuka dan Lomba Kreativitas untuk SMP Satu Atap tingkat nasional. Kebetulan sekali acara tersebut baru dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada saat aku masuk ke Gedung A Kemendikbud. Acaranya sangat meriah, banyak sekali stand yang ditampilkan oleh siswa-siswi SMP terbuka dan SMP satu atap se-Indonesia. Terharu sekali saat aku melihat semangat mereka, kegigihan mereka, dan juga ketulusan guru-guru yang mendidik mereka.
          Aku meneteskan air mata di kementrian karena terharu sekali melihat anak-anak yang begitu penuh sukacita  bisa bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mungkin juga ini adalah pengalaman pertama mereka menginjakkan kaki di Ibukota Negara untuk mewakili daerah mereka. Mereka berkumpul untuk berkompetisi menjadi yang terbaik, mereka saling bercengkrama dengan rekan-rekan mereka dari daerah lain di Indonesia. Aku melihat-lihat stand yang ada di sana, terdiri dari stand dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia, semuanya memenuhi ruangan lobi kementrian. Aku tak bisa menahan tetesan air mata karena melihat semangat guru-guru dari seluruh Indonesia yang begitu senang dan bangga bisa membawa anak didik mereka berkompetisi hingga tingkat nasional. Ingin sekali aku sapa mereka, tetapi aku takut semakin deras air mataku mengalir.
          Aku tahu benar bagaimana perjuangan guru-guru di daera, terutama di daerah yang berada jauh di pelosok negeri. Mereka tidak pernah kenal lelah mengabdikan dirinya meskipun honor yang mereka dapatkan tidak layak bagi seseorang yang menyandang gelar sarjana dan bertugas sangat berat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan tujuan Negara Indonesia. Mereka mengabdikan dirinya sepenuh hati, mereka mengajar dan mendidik anak-anak di pedalaman dengan penuh semangat dan sukacita. Mereka menebar kebaikan dan manfaat kepada anak didiknya dengan sepenuh hati, meskipun terkadang mereka harus menahan pahit dan perihnya kehidupan yang mereka jalani. Mereka selalu tersenyum lebar dihadapan anak didiknya sambil tetap menyampaikan materi pelajaran, meskipun mereka belum menerima honor mengajar selama beberapa bulan dan kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya. Menjadi guru terutama di daerah tertinggal, sangatlah berat. Tetapi aku sangat salut kepada mereka yang tulus memberikan dan membagikan ilmu kepada anak didik tanpa berharap diberikan imbalan dari Negara.
          Sejak dulu kita selalu mendengar kata-kata pahlawan tanpa tanda jasa, seperti itulah sebutan mulia seorang guru yang dengan tulus mengabdikan dirinya untuk negerinya tercinta. Mereka hanya berharap agar generasi muda yang mereka didik nantinya akan menjadi generasi emas yang siap mengubah nasib dan kehidupan keluarganya, daerahnya, bahkan negaranya. Perjalanan hidup yang begitu berat selalu mereka lalui setiap harinya, menjadi seorang guru jika hanya berharap mendapat gaji tinggi saja tanpa memiliki semangat mengabdi, maka lebih baik tinggalkan saja cita-cita sebagai guru. Jika ingin menjajdi seorang guru haruslah memiliki semangat mengabdi kepada Negara melebihi semangat pengabdian seorang tentara, polisi, dokter atau profesi lainnya. Menjadi seorang guru tidaklah semudah yang dipikirkan orang. Jika kalian menjadi seorang guru, satu hal yang harus bisa kalian perbuat adalah memberikan inspirasi kepada anak didik agar mereka bisa meraih cita-cita mereka. Kemudian kalian juga harus bisa mendidik mereka menjadi insan yang berbakti kepada nusa dan bangsa.
          Perjalananku hari ini ke kementrian seperti membukakan kembali tujuanku pergi ke Jakarta, selain untuk menuntut ilmu, aku ke Jakarta juga ingin mengabdikan diriku sepenuhnya untuk negeri ini melalui bidang pendidikan. Entah apa yang terpikir olehku dulu pada saat memilih jurusan untuk kuliah, padahal dulu aku tidak pernah mau untuk menjadi guru. Tetapi pada saat memilih jurusan untuk kuliah, aku justru memilih bidang pendidikan yang notabene nantinya setiap lulusannya dituntut untuk menjadi seorang pendidik. Aku menyadari bahwa pilihanku ini tidak murni karena keinginanku sendiri, tapi aku harus bertanggung jawab atas pilihan yang aku ambil ini. Pada masa-masa perkuliahan, aku mulai bulatkan tekad untuk mengabdikan diriku sepenuhnya kepada negeriku tercinta melalui bidang pendidikan. Aku berjanji kepada diriku sendiri untuk bisa menjadi pendidik yang baik bagi anak didikku. Aku harus bisa memberikan inspirasi kepada anak didikku dan memastikan mereka bisa meraih cita-cita yang telah mereka gantungkan setinggi mungkin. Aku selalu terpanggil untuk mengabdikan diri sepenuh jiwa raga kepada bumi pertiwi karena aku ingin menjadikan dunia pendidikan sebagai salah satu sarana untuk mengubah pola pikir bangsa. Aku harus bisa berbuat lebih banyak lagi untuk bangsaku, aku tidak akan pernah bisa tenang jika tidak bisa memberikan inspirasi dan berbagi ilmu kepada anak didik.

Jakarta, 14 September 2015

Ditulis pada pukul 18.48 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar