Hari ini tanggal 14 September
2015, agendaku adalah memasukkan proposal ke beberapa kementrian dan perusahaan
untuk meminta bantuan dana agar temanku dari UNY Yogyakarta bisa berangkat
untuk mengikuti kompetisi di Polandia pada bulan Oktober nanti. Aku mengawali
perjalananku memasukkan proposal ke BNI 46 yang berkantor pusat di daerah Dukuh
Atas, karena kebetulan aku menggunakan jasa Transjakarta untuk mobilitasku.
Sehingga aku memutuskan untuk ke BNI 46 terlebih dahulu karena letaknya yang
tidak jauh dari halte Transjakarta Dukuh Atas. Kemudian perjalananku aku
lanjutkan menuju Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek
dikti), tempat bernaungnya perguruan tinggi di Indonesia. Jika dulu, Dikti
berada di bawah Kemendikbud, tetapi sejak kepemimpinan Pak Joko Widodo sebagai
Presiden Republik Indonesia, Dikti berada dibawah Kemenristek. Meskipun kondisi
cuaca Jakarta yang terik, aku tetap melanjutkan perjalananku menuju kantor
pusat Pertamina untuk mengajukan permohonan bantuan dana. Tetapi sebelum ke
Pertamina, aku mampir ke Stasiun gambir untuk melakukan cetak tiket mandiri di
konter yang sudah disediakan oleh pihak stasiun, kebetulan akhir bulan
September aku akan pergi ke Tasikmalaya dan akhir Oktober akan pergi ke
Semarang. Aku memilih menggunakan jasa kereta api untuk pergi ke dua kota
tersebut.
Seusai
dari kantor pusat Pertamina, aku melanjutkan perjalanan ke Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Karena waktu sudah menunjukkan jam makan siang, aku
mampir terlebih dahulu ke salah satu pusat belanja di sebelah kementrian sambil
menunggu jam istirahat selesai. Kemudian aku ke kementrian setelah makan siang
dan numpang sholat terlebih dahulu di masjidnya. Kebetulan hari ini di
kementrian ada agenda Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomojari) untuk SMP
Terbuka dan Lomba Kreativitas untuk SMP Satu Atap tingkat nasional. Kebetulan
sekali acara tersebut baru dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada
saat aku masuk ke Gedung A Kemendikbud. Acaranya sangat meriah, banyak sekali
stand yang ditampilkan oleh siswa-siswi SMP terbuka dan SMP satu atap
se-Indonesia. Terharu sekali saat aku melihat semangat mereka, kegigihan
mereka, dan juga ketulusan guru-guru yang mendidik mereka.
Aku
meneteskan air mata di kementrian karena terharu sekali melihat anak-anak yang
begitu penuh sukacita bisa bertemu
dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mungkin juga ini adalah pengalaman
pertama mereka menginjakkan kaki di Ibukota Negara untuk mewakili daerah
mereka. Mereka berkumpul untuk berkompetisi menjadi yang terbaik, mereka saling
bercengkrama dengan rekan-rekan mereka dari daerah lain di Indonesia. Aku
melihat-lihat stand yang ada di sana, terdiri dari stand dari ujung barat
hingga ujung timur Indonesia, semuanya memenuhi ruangan lobi kementrian. Aku
tak bisa menahan tetesan air mata karena melihat semangat guru-guru dari
seluruh Indonesia yang begitu senang dan bangga bisa membawa anak didik mereka
berkompetisi hingga tingkat nasional. Ingin sekali aku sapa mereka, tetapi aku takut
semakin deras air mataku mengalir.
Aku
tahu benar bagaimana perjuangan guru-guru di daera, terutama di daerah yang
berada jauh di pelosok negeri. Mereka tidak pernah kenal lelah mengabdikan
dirinya meskipun honor yang mereka dapatkan tidak layak bagi seseorang yang
menyandang gelar sarjana dan bertugas sangat berat untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa sesuai dengan tujuan Negara Indonesia. Mereka mengabdikan dirinya
sepenuh hati, mereka mengajar dan mendidik anak-anak di pedalaman dengan penuh
semangat dan sukacita. Mereka menebar kebaikan dan manfaat kepada anak didiknya
dengan sepenuh hati, meskipun terkadang mereka harus menahan pahit dan perihnya
kehidupan yang mereka jalani. Mereka selalu tersenyum lebar dihadapan anak
didiknya sambil tetap menyampaikan materi pelajaran, meskipun mereka belum
menerima honor mengajar selama beberapa bulan dan kesulitan memenuhi kebutuhan
hidupnya. Menjadi guru terutama di daerah tertinggal, sangatlah berat. Tetapi
aku sangat salut kepada mereka yang tulus memberikan dan membagikan ilmu kepada
anak didik tanpa berharap diberikan imbalan dari Negara.
Sejak
dulu kita selalu mendengar kata-kata pahlawan tanpa tanda jasa, seperti itulah
sebutan mulia seorang guru yang dengan tulus mengabdikan dirinya untuk
negerinya tercinta. Mereka hanya berharap agar generasi muda yang mereka didik
nantinya akan menjadi generasi emas yang siap mengubah nasib dan kehidupan
keluarganya, daerahnya, bahkan negaranya. Perjalanan hidup yang begitu berat
selalu mereka lalui setiap harinya, menjadi seorang guru jika hanya berharap
mendapat gaji tinggi saja tanpa memiliki semangat mengabdi, maka lebih baik
tinggalkan saja cita-cita sebagai guru. Jika ingin menjajdi seorang guru
haruslah memiliki semangat mengabdi kepada Negara melebihi semangat pengabdian
seorang tentara, polisi, dokter atau profesi lainnya. Menjadi seorang guru
tidaklah semudah yang dipikirkan orang. Jika kalian menjadi seorang guru, satu
hal yang harus bisa kalian perbuat adalah memberikan inspirasi kepada anak
didik agar mereka bisa meraih cita-cita mereka. Kemudian kalian juga harus bisa
mendidik mereka menjadi insan yang berbakti kepada nusa dan bangsa.
Perjalananku
hari ini ke kementrian seperti membukakan kembali tujuanku pergi ke Jakarta,
selain untuk menuntut ilmu, aku ke Jakarta juga ingin mengabdikan diriku
sepenuhnya untuk negeri ini melalui bidang pendidikan. Entah apa yang terpikir
olehku dulu pada saat memilih jurusan untuk kuliah, padahal dulu aku tidak
pernah mau untuk menjadi guru. Tetapi pada saat memilih jurusan untuk kuliah,
aku justru memilih bidang pendidikan yang notabene nantinya setiap lulusannya
dituntut untuk menjadi seorang pendidik. Aku menyadari bahwa pilihanku ini
tidak murni karena keinginanku sendiri, tapi aku harus bertanggung jawab atas
pilihan yang aku ambil ini. Pada masa-masa perkuliahan, aku mulai bulatkan
tekad untuk mengabdikan diriku sepenuhnya kepada negeriku tercinta melalui
bidang pendidikan. Aku berjanji kepada diriku sendiri untuk bisa menjadi
pendidik yang baik bagi anak didikku. Aku harus bisa memberikan inspirasi
kepada anak didikku dan memastikan mereka bisa meraih cita-cita yang telah
mereka gantungkan setinggi mungkin. Aku selalu terpanggil untuk mengabdikan
diri sepenuh jiwa raga kepada bumi pertiwi karena aku ingin menjadikan dunia
pendidikan sebagai salah satu sarana untuk mengubah pola pikir bangsa. Aku
harus bisa berbuat lebih banyak lagi untuk bangsaku, aku tidak akan pernah bisa
tenang jika tidak bisa memberikan inspirasi dan berbagi ilmu kepada anak didik.
Jakarta, 14 September 2015
Ditulis pada pukul 18.48
WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar