Baca artikel ini enak banget bahasanya hehehe lebih ke "jleb"nya sih... :)
Jadi ga ada salahnya aku posting di blog ini juga, biar isinya gak melulu cinta-cinta #apa toh
Sumber tulisan ini disini nih : http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=13&id=27404
Cocok dibaca dan dipahami bagi Bapak Ibu guru ,Monggo silahkan dibaca :
Penanaman karakter atau
perilaku yang bermoral dalam dunia pendidikan boleh dikatakan masih dalam
tataran teori. Seorang guru sudah biasa mengajarkan moral kepada muridnya
tetapi guru itu sendiri tidak melakukannya. Seorang guru melarang siswa merokok
di sekolah, sedangkan guru sendiri merokok di lingkungan sekolah. Seorang guru
marah-marah karena siswa terlambat, sedangkan guru sendiri sering terlambat.
Sejak Ujian Nasional
(UN) digembar-gemborkan menjadi tolok ukur mutu sekolah, sekolah pun membentuk
"tim sukses" yakni meniru model tim sukses dalam dunia politik untuk
mengantarkan siswa agar lulus UN. Nuansa makna "tim sukses" itu pun
lebih banyak membuat trik agar siswa lulus walau dengan cara sedikit menyimpang
dari sisi moral. Yang penting siswa lulus UN, sekalipun dengan jalan pintas.
Penyimpangan demi
penyimpangan dalam dunia pendidikan dasar dan menengah bukan semakin berkurang,
malah terus tumbuh. Gengsi lulus 100% dalam UN jauh lebih penting daripada
nilai moral yang semestinya tidak boleh dilanggar. Kalau sejumlah orang
mengajukan keberatan terhadap UN, tentulah sangat beralasan walau pemerintah
tetap mempertahankannya.
Selama ini pendidikan
moral di sekolah diberikan secara eksplisit pada mata pelajaran budi pekerti.
Tujuan utama mata pelajaran budi pekerti tentu bermaksud menumbuhkembangkan dan
membina moral anak ke arah yang baik. Hasilnya? Sementara ini pendidikan belum
dapat dikatakan berhasil. Atau, adakah yang keliru dalam pendidikan budi
pekerti?
Setelah dijadikan mata
pelajaran, pendidikan budi pekerti tidak jauh berbeda dengan mata pelajaran
lain, yakni berwajah pemahaman ilmu budi pekerti yang didominasi hapalan. Siswa
menghapalkan sejumlah teori yang akan keluar dalam tes. Untuk mendapatkan nilai
lebih tinggi, mereka pun melakukan kecurangan dalam mengerjakan tes. Bagaimana
mata pelajaran budi pekerti bisa menumbuhkembangkan moral anak secara baik
kalau dalam mata pelajaran budi pekerti itu sendiri mereka melakukan
kecurangan? Demikian pula perilaku siswa pada mata pelajaran agama.
Maunya pendidikan budi
pekerti atau pendidikan agama membentuk atau membina moral anak, akhirnya yang
muncul wajah memperdalam ilmu budi pekerti atau memperdalam ilmu agama. Tentu
tidak salah kalau siswa mempelajari kedua ilmu tersebut. Tetapi, tujuan utama
pendidikan tersebut pada siswa tentu belum memperdalam ilmunya melainkan
menumbuhkembangkan perilaku sesuai dengan nilai-nilai, moral agama, maupun
membangun karakter. Semestinya penilaian pada kedua mata pelajaran itu bukan
dengan tes, melainkan kepada perubahan perilaku.
Apa artinya pajangan
"tumbuhkan budaya malu" di suatu sekolah kalau kenyataannya tidak
tumbuh rasa malu melakukan penyimpangan. Menjadikan malu sebagai budaya
sesungguhnya juga salah kaparah, mestinya "tumbuhkan sikap malu"
melakukan penyimpangan. Ada kekaburan antara nilai moral -- malu berperilaku
menyimpang -- dengan nilai-nilai budaya yang sudah ada di masyarakat.
Komentar Pribadi (pengen nimbrung hehehe)
Katanya sih pemerintah udah anggarin dana pendidikan yg gedheee banget, katanya sih untuk meningkatkan mutu pendidikan di negara kita tercinta ini, tapi apakah tepat sasaran?? sudah benar-benar efektif kah?? Biar dijawab sama pemerintah aja deh :p
Sadar gak sih,kalo kita liat anak-anak jaman sekarang dilihat dari banyaknya kasus yang terjadi di sekolah tentu kita prihatin (sebagai orangtua),semakin terkikisnya moral anak bangsa sebagai akibat setiap hari dicekokin sama media yang memperbudak remaja kita misanya game online, Tontonan TV yang semakin lama gak berkualitas, kebebasan media internet berupa konten porno yang bisa diakses dengan mudah,murah dan flesibel kapan aja bisa. Itu jelas merusak moral dan kepribadian karena pasti berpengaruh dalam pergaulannya dengan lingkungan.
Belum lagi peran orangtua yang kadang suka disepelein tapi besar dampaknya bagi perkembangan anak. Sebagai calon guru saya sih cuma berintropeksi diri, karena pendidikan yang terbaik adalah dengan memberikan tauladan yang baik, ayoo para calon orangtua dimanapun berada persiapkan diri kita untuk jadi yang orangtua terbaik untuk generasi kita nanti. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar