Senin, 09 Oktober 2017

In Memoriam, Bapak.

8 oktober 2015, ketika itu aku menjalani rutinitasku seperti biasa. Aku mengawali hari seperti hari-hari biasanya, tanpa ada perasaan aneh. Ketika hari beranjak siang, aku ke tempatku mengajar di kawasan Kampung Makasar Jakarta Timur.

Hari itu adalah Hari Kamis, aku mengenakan celana bahan berwarna hitam, batik hitam dan sepatu kets berwarna dominan hitam dengan garis biru pemberian seseorang. Seusai sholat dzuhur, aku mengambil uang kiriman dari bapak, waktu itu memang aku hanya bekerja paruh waktu dengan status mahasiswa "gak lulus-lulus" yang penghasilannya tidak pasti. Aku masih mengandalkan kiriman dari bapak untuk mencukupi kehidupanku di Jakarta waktu itu. Inilah kiriman uang terakhir yang akhu terima dari bapak, karena setelah itu bapak tidak pernah mengirimiku uang lagi selamanya.

Benar sekali, bapakku meninggal dunia pada Hari Kamis sore menjelang maghrib. Waktu itu aku baru selesai sholat maghrib dan membuka sms dari Ibuk, meskipun itu yang mengirimkan sms adalah adikku yang paling kecil. Isi sms itu adalah "kak, aku krungu bapak meninggal", artinya "kak, aku dengar bapak meninggal". Kala itu dia masih SMP kelas 8 saat mengirimkan sms itu, dia hanya mendengar dari orang-orang bahwa bapak meninggal. Aku tahu dia mengalami shock, karena dia yang paling dekat dengan bapak selama ini. Dia juga tidak berani mengabari ke kakaknya yang kuliah di Malang karena pasti akan lebih shock, sehingga dia mengirimkan pesan kepadaku saat itu. Aku kemudian bertanya kepadanya, emangnya kamu dapat kabar dari siapa?. Karena pada waktu itu aku masih belum sadar penuh bahwa bapak telah tiada.

Beberapa saat kemudian, sepupuku menelepon dengan nomor ibuk, memintaku untuk segera pulang. Aku tidak diberitahu alasan mengapa aku harus segera pulang. Dia meminta malam ini segera pulang karena bapak sedang sakit keras. Saat itu juga kebingunganku semakin menjadi-jadi, uang yang ada di dompetku hanya 300ribu, kiriman dari bapak tadi pagi. Aku harus pulang tidak mungkin naik bis karena sudah berangkat semua yang ke daerahku, aku juga tidak mungkin naik kereta karena sulit mendapatkan tiket go show. Mau tidak mau aku harus naik pesawat terbang.

Aku kebingungan setengah mati mencari pinjaman uang untuk pulang ke rumah, ketika itu hapeku juga hanya bisa telepon dan sms saja. Aku menghubungi beberapa orang yang mungkin bisa membantuku, ternyata mereka tidak bisa. Hanya ada satu orang yang membantuku, yaitu pacarku saat itu. Dia mengirimiku sejumlah uang untuk membeli tiket pesawat, saat itu juga aku langsung menuju bandara halim untuk menanyakan tiket penerbangan saat itu. Tiket masih ada satu untuk penerbangan terakhir menggunakan maskapai Citilink, aku segera tarik tunai untuk membayar tiket itu. Tetapi saat aku kembali, tiket itu sudah terjual.

Aku segera menuju Pusat Grosir Cililitan untuk menggunakan angkutan pemadu moda menuju Bandara Soekarno Hatta, kala itu aku menggunakan bis terakhir menuju Soetta. Sepanjang perjalanan aku tak berhenti meneteskan airmata karena semakin banyaknya ucapan belasungkawa yang masuk. Aku segera menuju terminal 3 untuk mencari tiket Airasia menuju Surabaya, semua tiket ludes terjual.

Aku menghubungi saudaraku yang biasa menggunakan pesawat dari Soetta menuju Surabaya, segera diminta menuju ke Terminal 1 untuk mencari tiket Sriwijaya atau Citilink. Waktu itu aku langsung menuju Citilink, karena aku tahu maskapai ini memiliki jadwal penerbangan yang banyak ke Surabaya.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat, penerbangan Citilink selanjutnya adalah pukul 10 malam. Aku segera bertanya kepada petugas yang jaga malam itu, apakah masih ada tiket penerbangan ke Surabaya saat itu juga, mereka awalnya mengatakan sudah penuh semuanya. Kalaupun mau ada untuk Garuda jam setengah 11 malam, tapi harga tiketnya sangat mahal dan uangku tidak cukup, akhirnya aku memutuskan untuk bertanya lagi, apakah tidak ada penerbangan Citilink malam ini ke Surabaya yang masih kosong kursinya karena kondisi DARURAT. Kalau itu saya sampai memelas kepada petugas Customer Service Citilink di Bandara agar diberikan tiket ke Surabaya.

Setelah melalui negosiasi dengan petugas check in di dalam dan petugas onboard, saya diberikan satu tiket tanpa bagasi oleh maskapai Citilink. Saat tiket dicetak, waktu menunjukkan pukul 21.30 WIB, artinya semua penumpang sudah proses masuk ke dalam pesawat. Saya dibantu petugas Citilink segera berlari mengejar waktu karena pesawat berangkat ontime. Begitu saya masuk ke pesawat, beberapa saat kemudian pintu ditutup dan pesawat segera lepas landas. Sepanjang perjalanan di pesawat aku tak bisa tidur, karena kursi di sebelahku kosong dan aku merasakan kehadiran bapak di sebelahku. Dia tersenyum kepadaku, meskipun perasaanku sangat sedih saat itu.

Begitu sampai di Surabaya, aku segera mencari tempat makan untuk mengisi perut sambil menunggu adikku yang dari Malang. Aku dihubungi oleh ibuk dan diminta menunggu adikku saja, jangan pulang naik bis atau travel. Padahal malam itu aku sudah ingin menggunakan bis dan turun Tuban kota kemudian minta dijemput. Perasaanku semakin tak menentu, mungkin pelayan di rumah makan tempatku makan malam tahu bahwa aku sedang sedih, beberapa kali aku mengusap airmataku yang jatuh ke pipi.

Kesedihan yang sangat mendalam kala itu aku rasakan karena kehilangan sosok seorang pahlawan dalam kehidupanku. Bapak yang selama ini memperjuangkan agar anak-anaknya bisa menjadi sarjana telah pergi untuk selama-lamanya. Dia bahkan tidak bisa menghadiri wisudaku di Bulan Maret 2016, padahal dia sangat ingin melihat anaknya menjadi seorang sarjana.

Ketika pemakamannya, lambaian tangan terakhirnya sebelum bapak ditutup dengan kayu menjadi lambaian tangan terakhirnya. Kala itu wajahnya begitu ganteng, rambutnya baru dicukur dan dia tersenyum. Berat rasanya ditinggal sosok seperti bapakku ini.

Bapak, 2 Tahun kepergianmu tapi aku tak pernah merasakan kau benar-benar pergi dari kehidupanku. Kau selalu ada dan hidup bersamaku. Bapak, tanggal 14 Oktober nanti salah satu cita-citamu akan terwujud, Mamat akan diwisuda sebagai seorang sarjana.

Bapak, terima kasih atas semua perjuanganmu, kini aku yang menggantikanmu sebagai tulang punggung keluarga.

Sabtu, 07 Oktober 2017

33 Bulan Bersamamu

Januari 2015,

Ketika itu sama sekali belum mengenalmu, bahkan tahu siapa dirimu saja tidak. Aku hanya diberikan keterangan nama dari seorang rekan IMABKIN, nama yang sangat sederhana dan membuatku sangat penasaran. Rekanku ini tidak mau memberikan nomor teleponmu waktu itu dikarenakan takut kamu tidak suka dengan cara dia yang memberikan nomor telepon kepada orang yang belum kamu kenal. Aku tak kehabisan akal, aku telusuri riwayat pendidikanmu dan sampailah pada seseorang sahabatmu yang memberikan nomor teleponmu kepadaku. Pada waktu itu aku hanya sms kepadamu, aku menyampaikan bahwa aku ingin berkenalan dengan kamu dan aku sudah menambahkan permintaan pertemanan di Facebook.

Terlihat aneh apa yang terjadi dalam diri kita, kita sama sekali belum pernah bertemu dan baru kenal beberapa hari tapi kita sudah merasa nyaman satu sama lain. Masih ingatkah ketika beberapa malam-malam awal kita berkenalan, aku telepon kamu sampai larut. Bahkan aku melakukan konseling kepadamu untuk menghapuskan semua bayangan masa lalumu yang masih membayangi. Aku lakukan itu pada saat kita masih belum bertemu, bahkan aku menyatakan cinta beberapa hari sebelum kita bertemu. Masih ingatkah itu?. Ya, kisah unik yang mengawali perjalanan kita selama 33 bulan selanjutnya.

Perjalanan ini dimulai pada tanggal 20 Januari 2015 hampir tengah malam, ketika itu kau menerimaku untuk masuk kedalam kehidupanmu. Kau mau menjadi kekasihku, meskipun kita belum pernah bertemu sebelumnya. Atas arahan dan petunjuk dari kamu untuk menemukan kampusmu, aku berangkat menuju Jatiwaringin. Aku memang sejak 2009 sudah berada di Jakarta, akan tetapi ini adalah pertama kali aku berkunjung ke daerah Jatiwaringin. Karena memang daerah ini perbatasan dengan Jakarta Timur dan lumayan macet juga, apalagi tidak ada tujuan pasti juga ke Jatiwaringin sebelumnya. Kala itu, aku putuskan untuk mengunjungimu di sela-sela kesibukanku mengajar dan mengejar kelulusan di kampus.

Ketika itu, kamu sudah selesai kegiatan di kampus dan balik ke kost-kostan kamu untuk mandi pada saat aku sampai di kampusmu. Karena bertepatan dengan waktu sholat, akhirnya aku sholat dulu di masjid kampusmu sambil menantikan kedatanganmu. Saat itu, dalam benakku masih dipenuhi dengan berbagai tanda tanya karena memang aku berpacaran denganmu sementara aku belum pernah bertemu denganmu. Aku juga tidak tahu seperti apakah wajahmu, apakah sesuai dengan ekspektasiku atau tidak. Ternyata pada saat aku bertemu denganmu, aku merasa aneh saja. Kok wujudnya kayak begini ya?!, apa aku tidak salah pilih pacar nih?!. Inilah risiko berpacaran dengan orang yang sama sekali belum pernah kita temui. Anggap saja seperti membeli kucing dalam karunglah.

Apakah aku menyesali keputusanku untuk menjadikanmu kekasih?. Tentu tidak ada penyesalan bagiku, aku harus bertanggung jawab atas keputusanku ini. Karena bagaimanapun juga ini menyangkut dengan perasaan orang lain, aku segera kesampingkan ego pribadi yang menginginkan gadis sunda cantik yang menjadi kekasihku. Aku bertemu denganmu ditemani oleh sepupumu yang sudah terlebih dahulu mengenalku di IMABKIN.

Hari demi hari aku lalui bersamamu, dengan segala keterbatasan yang aku miliki, aku berusaha menjadi manusia sempurna yang selalu ada untukmu. Jujur ketika aku belum mengenalmu, aku adalah pribadi yang banyak berpikiran negatif, namun ketika mengenalmu semua itu berubah. Aku belajar menjadi konselor yang benar dengan selalu berpikiran positif terhadap segala sesuatu yang terjadi. Inilah perubahan besar dalam diriku yang bisa aku dapatkan dari aku mengenalmu. Memang terlihat sepele, tetapi aku bisa berubah menjadi lebih baik juga karena kamu. Banyak hal baik yang kamu ajarkan kepadaku selama 33 bulan aku mengenalmu.

Banyak tempat yang sudah menjadi saksi perjalanan kita selama 33 bulan, aku sering mengajakmu mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah kamu kunjungi. Masih ingatkah kamu ketika aku mengajakmu ke Kota Tua Jakarta?. Itu adalah pertama kalinya kamu mengunjungi Kota Tua selama di Jakarta. Seharian kita berkeliling di Kawasan Kota Tua Jakarta, banyak tempat yang kita kunjungi. Aku sengaja tidak mengunggah foto-foto kita disini, biarlah itu menjadi kenangan dalam memoriku saja. Biarkan aku yang menyimpannya untuk diriku sendiri.

Masih ingatkah kamu ketika aku mengajakmu ke kebun binatang Ragunan?. Hal lucu apa yang masih kamu ingat disana?. Apakah kamu masih ingat ketika kamu mengajakku melihat "SAPI", padahal jelas-jelas itu bukan sapi melainkan GAJAH. Sepanjang jalan setelah kamu mengatakan hewan sebesar gajah adalah sapi, kita tak ada habisnya tertawa karena ulah lucu kamu.

Aku selalu ingat betul bagaimana ketika kamu makan, dengan ekspresi wajah yang unik ketika kamu makan dan pasti langsung mengatakan tentang bagaimana rasa makanan yang sedang kamu makan. Terkadang malahan kamu langsung memberikan suapan kepadaku agar aku mencoba makanan yang kamu makan. Banyak tempat makan yang sudah kita kunjungi, mulai yang kaki lima sampai yang berkelas. Karena memang kita berdua doyan makan, bahkan temanmu yang dari Timor Leste protes karena setiap update foto selalu pada saat makan.

Masih ingatkah kamu film apa yang pertama kali kita tonton?!. Jujur saja aku lupa judul film yang pertama kali kita tonton, karena terlalu sering kita nonton sehingga aku lupa film apa yang pernah kita tonton. Aku tahu kamu paling suka film Action, sementara aku lebih suka film-film drama, animasi dan semua film Indonesia kecuali film horor. Rekor menonton film Indonesia di bioskop tanpa putus sejak 2009 akhirnya kamu putuskan juga. Karena pertama kali aku menonton film luar bersama kamu, aku dulu punya komitmen bahwa aku akan menonton film Indonesia di bioskop untuk mendukung tumbuhnya perfilman Indonesia. Tetapi keyakinanku itu harus gugur bersamamu, karena kamu lebih suka menonton film barat.

Tahun 2015 aku mengenalmu, pada waktu itu aku masih berjuang melawan ganasnya skripsi. Aku dengan status mahasiswa telat lulus, berjuang untuk menyelesaikan skripsi sekuat tenaga. Ketika aku sudah jenuh mengerjakan skripsi, kamu dengan penuh semangat bilang kepadaku bahwa menunda skripsi sehari berarti menunda nikah sehari, padahal waktu itu kamu juga masih mengerjakan skripsi sepertiku. Kamu masih ingat ketika sidang skripsimu aku datang, begitu juga ketika aku sidang skripsi, tetapi masih ingatkah apa kesamaan dari sidang skripsi itu selain proses kelulusan kita?!. Kesamaannya adalah kamu ngambek pada saat selesai sidang karena ulahku dan kamu juga ngambek saat aku sibuk sendiri ketika selesai sidang skripsi.

Masih ingatkah ketika bapakku meinggal?. Ketika itu aku sama sekali tidak memiliki uang untuk segera pulang menemui jenasah bapakku. Kamu dengan berurai airmata dirumahmu memberikan sejumlah uang kepadaku untuk biaya aku pulang menggunakan pesawat agar aku bisa bertemu dengan almarhum bapakku. Inilah jasa besarmu yang tak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun, meskipun banyak kebaikan-kebaikan lainnya yang tak mungkin bisa aku balas satu persatu.

Diskusi panjang selalu mewarnai setiap hari kita ketika masih bersama, setiap saat selalu saja ada diskusi-diskusi yang kita lakukan untuk memecahkan sebuah permasalahan mulai yang sepele sampai yang paling berat dalam hidup kita. Diskusi menjadi santapan kita sehari-hari, bahkan banyak keputusan penting dalam kehidupanku dan kehidupanmu yang diambil dari diskusi panjang kita. Ketika kamu akan mengambil keputusan untuk Program Sertifikasi Tester, Program Profesi Konselor dan keputusan untuk melanjutkan S2. Terlihat berat memang setiap diskusi kita, tapi inilah kita dengan segala keunikannya.

Tanggal 28 September 2017, ketika itu aku putuskan untuk silaturahim kerumahmu di Tasikmalaya untuk kedua kalinya. Karena pertama kali aku kesana pada bulan September 2015 untuk mengantarmu operasi. Pada tahun 2017 ini aku beranikan diri untuk meminangmu, tetapi pinanganku ditolak oleh kedua orangtuamu. Aku sadar diri karena aku tak sepadan denganmu dan keluargamu. Masih terasa sakit ketika bagaimana keluargamu menolakku. Sejak saat itu, aku mulai menjaga jarak darimu. Aku sadar bahwa aku bukanlah jodohmu dan aku harus segera angkat kaki dari kehidupanmu. 33 Bulan yang sudah kita lalui bersama harus kita kubur dalam kotak kenangan dalam memori masa lalu kita. Semua kisah manis dan pahit yang sudah kita lalui tak akan pernah bisa terulang kembali. Inilah akhir dari kisah 33 Bulan bersamamu, ketika pinanganku ditolak oleh orangtuamu.

Semoga kamu menemukan laki-laki yang jauh lebih segalanya daripada aku yang hina ini. Karena aku memang tak pantas untuk bersanding denganmu dan menjadi nahkoda bagi biduk rumah tangga yang akan kita lalui. Selamat tinggal gadis yang 33 Bulan telah menemani dan membantuku melangkah, tanpamu mungkin aku bukanlah siapa-siapa saat ini. Inilah akhir dari semua kisah kehidupan kita, aku tak akan masuk kedalam kehidupanmu lagi.

Selamat Tinggal Gadis 33 Bulan.


Sukabumi, 07 Oktober 2017




Rabu, 04 Oktober 2017

Aku dan Kamu

Aku adalah jiwa yang menantikan dirimu dalam kehidupanku

Kamu adalah jiwa lain yang selalu mendambakanku jadi pendampingmu

Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untukmu

Kamu adalah alasanku untuk menjadi lebih baik

Aku akan memberikan apa yang aku miliki untukmu

Kamu adalah tempatku melabuhkan hatiku

Aku mendambakan sosok sepertimu

Kamu telah mengisi hari-hariku dengan senyumanmu

Aku tak mampu berpaling dari dirimu

Kamu menjadikanku manusia yang bersyukur

Aku berdoa agar kamu menemaniku sepanjang hidupku

Kamu adalah alasanku untuk terus berdoa

Jalan Hidup Baru

Aku mengawali perjalanan kehidupanku dari bawah, aku memulainya dari tak memiliki apa-apa. Aku mengalami berbagai macam keterbatasan dalam hidup, terutama dari segi materi. Ketika aku masih kecil, aku sudah diajarkan untuk mendisiplinkan diri oleh kedua orangtuaku. Hal ini bertujuan kelak ketika aku sudah menjadi orang sukses, aku bisa lebih disiplin dan taat aturan. Orangtuaku sangat percaya bahwa kehidupanku akan berubah menjadi lebih baik daripada kedua orangtuaku. Sehingga mereka mendorong agar aku melanjutkan studi hingga perguruan tinggi.

          Berbagai macam himpitan secara ekonomi dan sosial sudah pernah aku rasakan. Ketika aku berjualan di sekolah bahkan ketika aku kuliah juga masih melakukan hal yang sama, yaitu berjualan. Berbagai macam barang dagangan aku jajakan, karena memang aku menjual apa yang bisa aku jual dengan modal yang sangat terbatas. Berbagai kesulitan dalam berdagang aku sudah mengalaminya, berbagai hinaan juga sudah aku nikmati, berbagai kenikmatan dalam berdagang juga sudah aku rasakan.

          Beberapa tahun terakhir, atau lebih tepatnya ketika masa-masa tahun terakhir aku kuliah, aku menemukan perubahan yang sangat drastis dalam kehidupanku. Aku berkenalan dengan seseorang yang telah membantuku untuk berubah dan juga membantuku menyelesaikan studi. Sebagaimana diketahui, aku menyelesaikan studi S1 dalam kurun waktu 6,5 tahun, alias hampir dikeluarkan dari kampus karena kelamaan kuliah. Memang waktu 6,5 tahun bukan waktu yang untuk menyelesaikan studi dan mematangkan diri melalui berbagai proses di kampus. Semua ini aku jalani dengan penuh keyakinan bahwa suatu saat nanti aku akan lulus juga.

          Proses perkenalanku dengan gadis ini terbilang cukup unik, aku dikenalkan oleh rekan organisasi dan hanya diberikan clue berupa nama gadis ini. Kemudian aku mencari tahu siapakah sosok gadis ini, aku mulai cari tahu melalui akun Facebook dan bertanya kepada temannya ketika sekolah dulu. Pada akhirnya aku mendapatkan nomor kontak gadis ini dari rekanku. Aku hubungi melalui sms, berlanjut melalui telepon dan hingga akhirnya aku mengenalnya lebih jauh. Sekedar informasi, gadis inilah yang banyak membuat perubahan dalam kehidupanku. Dia membantuku menyelesaikan studi, dia membantuku mengatasi berbagai permasalahan hidup, dia menjadi teman diskusi yang gak mau ngalah juga, dia teman curhat sekaligus teman bertukar pikiran.

          Hampir 3 tahun kami saling mengenal, gadis ini semakin dekat denganku dan akupun sudah sangat nyaman bersama dia. Aku berharap suatu saat nanti kami akan bersanding di pelaminan dan mengarungi bahtera kehidupan bersama. Gadis ini selalu mengajarkanku banyak hal yang terkadang belum aku pahami. Kami saling bertukar pikiran, bertukar informasi, bertukar pandangan hidup, dan tentunya sampai membahas bagaimana kehidupan kami selanjutnya jika dilalui bersama. Disinilah aku temukan jiwa baru dalam diriku, aku menjadi seseorang yang lebih tangguh dan mampu menghadapi kehidupan ini lebih positif lagi.

          Gadis ini banyak mengajarkan hal-hal baru kepadaku, akupun membagi pengalaman hidupku kepadanya untuk bekalnya menghadapi kehidupan yang mungkin saja lebih sadis dari yang aku pernah hadapi selama ini. Gadis ini selalu haus dengan diskusi panjang yang terkadang selalu berujung pada saling ngotot dan tidak mau mengalah karena merasa argumentasi masing-masing sangat kuat. Terkadang aku sampai tengah malam melayani gadis ini diskusi melalui sambungan telepon. Terkadang aku juga harus berdebat dengannya sampai aku mengaku kalah. Inilah gadis yang aku dambakan menjadi istriku nanti, dia yang mampu membuatku berubah menjadi lebih baik dan dia juga mampu mengimbangi kedisiplinan dan sikap keras kepalaku ini.

          Ratusan hari telah kami lalui bersama, dalam suka maupun duka. Tetapi kami tak merasa jenuh dan selalu menemukan hal baru yang akan menjadi bahan pembahasan kami. Dia banyak membawa perubahan dalam hidupku, apalagi dia juga banyak membantuku menyelesaikan permasalahan kehidupan. Sekarang, aku dan dia sedang menatap sebuah masa depan baru. Kami sedang merencanakan pernikahan kami, kami sedang membahas bagaimanakah kehidupan kami jika nanti bersatu dalam ikatan pernikahan.

          Belum lama ini aku sudah mendatangi orangtuanya untuk meminta restu, inipun atas permintaan gadis ini. Sebenarnya sudah sejak lama aku mengajaknya menikah, tetapi dia selalu mengatakan nanti saja karena dia merasa belum siap. Aku menanti jawaban atas permintaanku itu, akhirnya pada awal September 2017, dia memintaku untuk datang ke orangtuanya dan minta restu untuk menikah. Inilah babak baru dalam kehidupanku yang harus aku lalui. Aku akan segera berganti status menjadi seorang suami dari seseorang yang selama ini telah aku dambakan untuk bisa bersanding dengannya.

          Berbagai perasaan muncul silih berganti dalam diriku, antara bahagia, sedih, haru, cemas, semuanya bercampur menjadi satu. Aku masih menantikan jawaban atas permintaanku kepada orangtuanya ini. semoga hasilnya menggembirakan dan bisa disegerakan untuk menikah. Aku ingin segera mengarungi biduk rumah tangga berdua dengannya, aku ingin membangun rumah tangga yang nyaman bagi keluargaku. Aku harap semua ini bisa segera terwujud bersamanya, karena aku tahu bahwa menikah itu tidaklah mudah. Banyak hal yang harus kita persiapkan untuk mengarungi bahtera rumah tangga, banyak hal yang tidak pernah kita pelajari di bangku sekolah tetapi sangat kita butuhkan ketika nanti menikah. Inilah ilmu sepanjang masa yang harus kita gali sendiri dan kita jadikan bekal untuk menghadapi kehidupan selanjutnya dalam biduk rumah tangga.



Sukabumi, 04 Oktober 2017

Kamis, 11 Mei 2017

Starting Again

Starting?

Apa yang sedang dimulai nih?

Apa yang dimulai lagi?

Mulai saat ini, saya akan lebih rajin menulis di blog ini. Karena memang banyak ide dan tulisan yang belum pernah saya publikasikan melalui blog ini. Selain itu, keinginan saya untuk melanjutkan menulis buku juga akan saya mulai dari sini, saat ini, dan sampai nanti. Salah satu alasan saya menulis lagi adalah karena memang dengan menulis, saya bisa menumpahkan semua isi kepala saya dan isi hati saya melalui tulisan. 

Tulisan ini saya mulai menjelang Bulan Ramadhan 1438 H. Kenapa sih mulai menulisnya menjelang ramadhan? bukankah pada saat ramadhan nanti kita harus lebih banyak beribadah seperti membaca al quran atau datang ke kajian-kajian?. Memang itu benar, menulis pada saat menjelang ramadhan itu sangat mengasyikkan lho. Gak percaya?. Baiklah saya akan beritahu beberapa keasyikkan dalam menulis ketika bulan ramadhan. 

1. Bulan Ramadhan itu bulan penuh rahmat.

Bulan Ramadhan merupakan salah satu bulan yang diistimewakan oleh umat islam, karena pada bulan inilah banyak peristiwa penting yang terjadi. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang diwajibkan bagi setiap muslim yang sudah baligh untuk berpuasa sebulan penuh. Selain itu, pada bulan ini juga terdapat sebuah keistimewaan dibandingkan bulan yang lainnya, karena pada bulan ramadhan ini ada malam yang lebih baik dari malam seribu bulan. Bayangkan saja pahala yang bisa didapatkan melebihi pahala seseorang yang beribadah selama seribu bulan tanpa henti. Malam itu adalah malam lailatul qadar. 

Bulan ramadhan juga merupakan bulan dimana diturunkan wahyu pertama kepada Rasulullah Muhammad SAW. Ayat pertama yang diturunkan berbunyi "Bacalah". Jika kita artikan secara langsung, Allah memerintahkan agar manusia membaca tuntunan hidupnya yaitu Al Quran yang diturunkan pada Bulan Ramadhan ini. Apabila kita mengartikan kata "bacalah" ini lebih dalam lagi, maka kita akan mengetahui bahwa kita dituntut untuk senantiasa belajar sejak kita dilahirkan hingga akhir hayat. 

Keistimewaan bulan ramadhan tidak berakhir disana saja. Masih banyak keutamaan yang bisa diraih saat bulan ramadhan. Inilah alasan saya memulai menulis menjelang bulan ramadhan, karena semakin banyak tulisan saya dibaca, semakin banyak ilmu yang dibagikan, maka semakin banyak pula pahala yang didapatkan. Keberkahan dalam menebar manfaat melalui menulis inilah yang ingin saya raih di bulan ramadhan. Oleh karena itu, saya memulai menulis lagi, tidak hanya melalui blog ini saja, tetapi juga mulai menuliskan berbagai kisah yang bisa dibagikan melalui buku. Mohon doanya agar buku saya bisa segera ditulis dan diselesaikan, kalau hanya ditulis tapi tidak diselesaikan ya tidak akan pernah sampai pada pembaca. Sehingga tidak bisa membagikan manfaat kepada pembaca dari buku saya nanti.

2. Bulan Ramadhan itu membuat kita lebih produktif.

Entah Anda setuju atau tidak dengan pernyataan saya bahwa bulan ramadhan merupakan bulan yang membuat kita semakin produktif, tapi pastinya pada bulan ramadhan ini kita lebih banyak waktu luang dan kesempatan beribadah lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Anda tentu menyadari bahwa waktu bekerja Anda di kantor pasti berkurang selama bulan ramadhan, karena biasanya masuknya lebih siang atau pulangnya lebih awal. 

Inilah kesempatan kita untuk lebih produktif lagi. Selain produktif dalam beribadah dengan meningkatkan intensitas beribadahnya, kita juga bisa meningkatkan intensitas kita dalam menulis. Karena kesempatan kita untuk menulis akan lebih banyak dengan adanya pemangkasan jam kerja. Jika biasanya dalam sehari kita bisa menyelesaikan 2 atau 3 tulisan dalam sehari, ketika ramadhan bisa kita tambah intensitas menulisnya sehingga dalam sehari bisa menghasilkan lebih dari 5 tulisan setiap hari. Jika kita kalikan 30 hari, total sudah ada 150 tulisan yang masing-masing tulisan terdiri dari 4 halaman. Jumlahnya sangat banyak tulisan yang bisa kita selesaikan yaitu sekitar 600 halaman dalam sebulan. Tentu ini bukan jumlah yang sedikit untuk sebuah buku, bahkan kalau boleh jujur kepada pembaca, tulisan 600 halaman itu hampir sama dengan 6 kali ketebalan skripsi saya. 

Pada bulan ramadhan kita bisa memanfaatkan waktu setelah makan sahur untuk mulai membuat outline tulisan kita, kemudian seusai shalat subuh kita lanjutkan dengan menuliskan tulisan pertama kita. Begitu juga sebelum dzuhur, ashar, maghrib dan sebelum tidur, kita bisa membuat tulisan masing-masing 4 halaman saja, pasti target 600 halaman itu bakalan tercapai dalam waktu sebulan dan bisa Anda kirimkan kepada penerbit untuk dilihat layak atau tidak diterbitkan. Menulis itu memang butuh keseriusan dan ketekunan, sehingga kita harus bisa melawan ego kita sendiri untuk mau meluangkan waktu dalam menulis tulisan kita, apapun bentuk tulisannya, yang penting nulis dan bikin jejak kehidupan melalui tulisan. Jika kau ingin dikenang sepanjang masa, maka mulailah menulis.

3. Bulan Ramadhan itu membuat otak kita bekerja lebih optimal.

Lho kok bisa sih ketika bulan ramadhan membuat kita bekerja lebih optimal?. 
Begini saya beritahu, karena pada bulan ramadhan kita tidak perlu mikirin makan siang, sehingga kegiatan pekerjaan kita gak keganggu dengan bayang-bayang makanan untuk menu makan siang serta kebingungan kita untuk membeli dimana makanan tersebut. Selama bulan ramadhan, kita tidak perlu susah payah memikirkan makan siang. Waktu istirahat kita hanya terpakai untuk sholat dzuhur saja, setelah itu kita bisa mulai menulis lagi. Jelas berbeda halnya jika diluar bulan ramadhan, karena kalau diluar bulan ramadhan, kita akan bingung mikir mau makan apa, makan dimana, makan sama siapa, sholatnya gimana. 

Jika pada saat bulan-bulan selain ramadhan, kita bangun pagi sebelum subuh atau pas mepet sama waktu subuh, kemudian baru persiapan berangkat kerja. Beda halnya jika pada saat bulan ramadhan, kita sudah bangun sebelum jam 3 pagi untuk mempersiapkan makan sahur, kemudian dilanjutkan dengan tahajud, sampai kemudian dilanjutkan sholat subuh. Seusai sholat subuh biasanya sudah banyak yang berangkat bekerja karena takut kena macet atau biar bisa sampai di tempat kerja lebih awal. 

........

Nah, bagaimana? mau menunda untuk menulis? ayo mulai menulis ya. biar makin produktif.

Kamis, 04 Mei 2017

Mahalnya harga sebuah Kejujuran

Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendengar kata jujur atau kejujuran?

Apakah Anda berpikir bahwa kejujuran itu adalah hal yang langka akhir-akhir ini?

Ataukah kejujuran ini masih sangat mudah dijumpai dalam kehidupan kita?

Coba Anda lihat ke sekeliling Anda, masih adakah orang yang berkata jujur?

Masih adakah mereka yang dengan terang-terangan mengatakan bahwa saya telah berbohong?

Masihkah Anda menjumpai manusia yang dengan bangga menunjukkan kepada dunia bahwa dia masih berkata jujur?

Tentu pertanyaan-pertanyaan diatas adalah sedikit diantara pertanyaan yang muncul jika kita mendengar kata jujur. Memang sudah cukup sulit kita melihat orang jujur akhir-akhir ini. Dunia pendidikan kita mengajarkan untuk tidak jujur dengan memalsukan nilai siswa. Beruntunglah jika orangtua kita masih memberikan bekal kejujuran dalam diri kita, sehingga kemanapun kaki ini melangkah, kejujuran selalu kita tegakkan. 

Saya terlahir dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi kejujuran. Sejak kecil saya selalu diajarkan untuk berkata jujur dan berani mengakui kesalahan. Sampai pada saat saya SD, saya dengan tegas mengatakan bahwa saya tidak ingin menyontek ketika ujian. Alhasil nilai saya jelek dan ibu bertanya kenapa tidak ikut menyontek seperti teman-teman yang lainnya? saya dengan tegas menjawab bahwa dulu ibuk dan bapak mengajarkan saya untuk jujur, lalu kenapa saat sekarang saya jujur malah disuruh gak jujur?. Jawaban saya itu membuat ibu saya terdiam.

Kejujuran di dunia pendidikan itu memang sangat penting, bahkan hanya segelintir guru yang menanamkan nilai-nilai kejujuran di sekolah. Pada saat saya menghadapi ujian nasional ketika SMP, guru-guru meminta agar saya menyontek saja demi kelulusan saya. Hal ini dikarenakan nilai matematika saya yang kurang. Justru guru Matematika saya menguatkan saya untuk tidak menyontek. Beliau berpesan bahwa lebih membanggakan lulus dengan nilai sendiri daripada lulus dari hasil menyontek. Saya sendiri sampai dibenci oleh guru-guru yang lain karena ulah saya yang gak mau menyontek saat ujian nasional. Karena saya lebih bangga lulus dengan nilai saya sendiri, bukan nilai hasil kompromi. 

Ketika menginjak jenjang SMA, hal yang sama juga terjadi ada diri saya. Karena nilai matematika sa yang selalu dibawah rata-rata, saat saya kelas XI guru matematika saya mengatakan bahwa saya tidak akan lulus UN SMA. Saya tentu sedih karena ada pendidik yang mengatakan hal itu dihadapan murid dan terjadi di ruang guru. Saya berhasil membuktikan bahwa saya bisa lulus UN bahkan diterima di PTN melalui jalur tes. Teman-teman saya yang selalu beliau banggakan justru tersungkur dan tidak bisa lolos seleksi masuk PTN.

Semasa saya kuliah, saya menemukan bahwa rekan-rekan yang masih mempertahankan nilai-nilai kejujuran itu masih cukup banyak. Sehingga saya merasa masih memiliki teman untuk berjuang bersama. Sampai ketika saya lulus kuliah, saya ditawari mengisi posisi kepala sekolah di sebuah lembaga pendidikan. Disini kejujuran saya sangat diuji, karena atasan saya melakukan penggelapan uang sementara saya mengetahuinya. Akhirnya saya laporkan hal ini kepada pemilik usaha, ternyata malah saya yang disingkirkan karena kejujuran saya. 

Memegang erat kejujuran itu sangatlah sulit, seperti yang dikatakan sahabat Nabi bahwa kejujuran adalah kebaikan abadi. Memang kejujuran itu adalah kebaikan abadi, dengan kejujuran yang kita miliki, maka berbagai kebaikan mengikuti. Sungguh ironis jika seorang pendidik tidak memiliki semangat yang tinggi untuk menjaga kejujuran. Apalagi pendidik tersebut yang mengajarkan kebohongan kepada siswanya. 

Apabila pendidiknya saja sudah tidak bisa jujur dengan kehadirannya, tidak bisa jujur dengan anggaran yang digunakannya, tidak bisa jujur dengan administrasi yang dia kelola, lalu bagaimana nasib siswanya?. Mereka setiap hari disajikan contoh yang kurang baik didepan mata mereka oleh guru-gurunya. Apakah yang seperti ini masih pantas dan layak disebut sebagai guru yang bertugas mendidik dan memberikan teladan yang baik kepada siswanya?. Saya rasa tidak layak mereka disebut pendidik, karena semangat yang mereka miliki bukan semangat pendidik, melainkan semangat perusak masa depan bangsa ini.







Tulisan ini dibuat masih dalam rangka Hari Pendidikan Nasional 2017. Tulisan ini saya buat sebagai ungkapan kekecewaan saya pada para pendidik yang tidak memberikan contoh baik kepada siswanya. Semoga kedepannya banyak pendidik yang memiliki semangat untuk membangun negeri ini, semoga semakin banyak pendidik yang memiliki tingkat kejujuran tinggi. 




Sukabumi, 04 Mei 2017