Sabtu, 07 Oktober 2017

33 Bulan Bersamamu

Januari 2015,

Ketika itu sama sekali belum mengenalmu, bahkan tahu siapa dirimu saja tidak. Aku hanya diberikan keterangan nama dari seorang rekan IMABKIN, nama yang sangat sederhana dan membuatku sangat penasaran. Rekanku ini tidak mau memberikan nomor teleponmu waktu itu dikarenakan takut kamu tidak suka dengan cara dia yang memberikan nomor telepon kepada orang yang belum kamu kenal. Aku tak kehabisan akal, aku telusuri riwayat pendidikanmu dan sampailah pada seseorang sahabatmu yang memberikan nomor teleponmu kepadaku. Pada waktu itu aku hanya sms kepadamu, aku menyampaikan bahwa aku ingin berkenalan dengan kamu dan aku sudah menambahkan permintaan pertemanan di Facebook.

Terlihat aneh apa yang terjadi dalam diri kita, kita sama sekali belum pernah bertemu dan baru kenal beberapa hari tapi kita sudah merasa nyaman satu sama lain. Masih ingatkah ketika beberapa malam-malam awal kita berkenalan, aku telepon kamu sampai larut. Bahkan aku melakukan konseling kepadamu untuk menghapuskan semua bayangan masa lalumu yang masih membayangi. Aku lakukan itu pada saat kita masih belum bertemu, bahkan aku menyatakan cinta beberapa hari sebelum kita bertemu. Masih ingatkah itu?. Ya, kisah unik yang mengawali perjalanan kita selama 33 bulan selanjutnya.

Perjalanan ini dimulai pada tanggal 20 Januari 2015 hampir tengah malam, ketika itu kau menerimaku untuk masuk kedalam kehidupanmu. Kau mau menjadi kekasihku, meskipun kita belum pernah bertemu sebelumnya. Atas arahan dan petunjuk dari kamu untuk menemukan kampusmu, aku berangkat menuju Jatiwaringin. Aku memang sejak 2009 sudah berada di Jakarta, akan tetapi ini adalah pertama kali aku berkunjung ke daerah Jatiwaringin. Karena memang daerah ini perbatasan dengan Jakarta Timur dan lumayan macet juga, apalagi tidak ada tujuan pasti juga ke Jatiwaringin sebelumnya. Kala itu, aku putuskan untuk mengunjungimu di sela-sela kesibukanku mengajar dan mengejar kelulusan di kampus.

Ketika itu, kamu sudah selesai kegiatan di kampus dan balik ke kost-kostan kamu untuk mandi pada saat aku sampai di kampusmu. Karena bertepatan dengan waktu sholat, akhirnya aku sholat dulu di masjid kampusmu sambil menantikan kedatanganmu. Saat itu, dalam benakku masih dipenuhi dengan berbagai tanda tanya karena memang aku berpacaran denganmu sementara aku belum pernah bertemu denganmu. Aku juga tidak tahu seperti apakah wajahmu, apakah sesuai dengan ekspektasiku atau tidak. Ternyata pada saat aku bertemu denganmu, aku merasa aneh saja. Kok wujudnya kayak begini ya?!, apa aku tidak salah pilih pacar nih?!. Inilah risiko berpacaran dengan orang yang sama sekali belum pernah kita temui. Anggap saja seperti membeli kucing dalam karunglah.

Apakah aku menyesali keputusanku untuk menjadikanmu kekasih?. Tentu tidak ada penyesalan bagiku, aku harus bertanggung jawab atas keputusanku ini. Karena bagaimanapun juga ini menyangkut dengan perasaan orang lain, aku segera kesampingkan ego pribadi yang menginginkan gadis sunda cantik yang menjadi kekasihku. Aku bertemu denganmu ditemani oleh sepupumu yang sudah terlebih dahulu mengenalku di IMABKIN.

Hari demi hari aku lalui bersamamu, dengan segala keterbatasan yang aku miliki, aku berusaha menjadi manusia sempurna yang selalu ada untukmu. Jujur ketika aku belum mengenalmu, aku adalah pribadi yang banyak berpikiran negatif, namun ketika mengenalmu semua itu berubah. Aku belajar menjadi konselor yang benar dengan selalu berpikiran positif terhadap segala sesuatu yang terjadi. Inilah perubahan besar dalam diriku yang bisa aku dapatkan dari aku mengenalmu. Memang terlihat sepele, tetapi aku bisa berubah menjadi lebih baik juga karena kamu. Banyak hal baik yang kamu ajarkan kepadaku selama 33 bulan aku mengenalmu.

Banyak tempat yang sudah menjadi saksi perjalanan kita selama 33 bulan, aku sering mengajakmu mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah kamu kunjungi. Masih ingatkah kamu ketika aku mengajakmu ke Kota Tua Jakarta?. Itu adalah pertama kalinya kamu mengunjungi Kota Tua selama di Jakarta. Seharian kita berkeliling di Kawasan Kota Tua Jakarta, banyak tempat yang kita kunjungi. Aku sengaja tidak mengunggah foto-foto kita disini, biarlah itu menjadi kenangan dalam memoriku saja. Biarkan aku yang menyimpannya untuk diriku sendiri.

Masih ingatkah kamu ketika aku mengajakmu ke kebun binatang Ragunan?. Hal lucu apa yang masih kamu ingat disana?. Apakah kamu masih ingat ketika kamu mengajakku melihat "SAPI", padahal jelas-jelas itu bukan sapi melainkan GAJAH. Sepanjang jalan setelah kamu mengatakan hewan sebesar gajah adalah sapi, kita tak ada habisnya tertawa karena ulah lucu kamu.

Aku selalu ingat betul bagaimana ketika kamu makan, dengan ekspresi wajah yang unik ketika kamu makan dan pasti langsung mengatakan tentang bagaimana rasa makanan yang sedang kamu makan. Terkadang malahan kamu langsung memberikan suapan kepadaku agar aku mencoba makanan yang kamu makan. Banyak tempat makan yang sudah kita kunjungi, mulai yang kaki lima sampai yang berkelas. Karena memang kita berdua doyan makan, bahkan temanmu yang dari Timor Leste protes karena setiap update foto selalu pada saat makan.

Masih ingatkah kamu film apa yang pertama kali kita tonton?!. Jujur saja aku lupa judul film yang pertama kali kita tonton, karena terlalu sering kita nonton sehingga aku lupa film apa yang pernah kita tonton. Aku tahu kamu paling suka film Action, sementara aku lebih suka film-film drama, animasi dan semua film Indonesia kecuali film horor. Rekor menonton film Indonesia di bioskop tanpa putus sejak 2009 akhirnya kamu putuskan juga. Karena pertama kali aku menonton film luar bersama kamu, aku dulu punya komitmen bahwa aku akan menonton film Indonesia di bioskop untuk mendukung tumbuhnya perfilman Indonesia. Tetapi keyakinanku itu harus gugur bersamamu, karena kamu lebih suka menonton film barat.

Tahun 2015 aku mengenalmu, pada waktu itu aku masih berjuang melawan ganasnya skripsi. Aku dengan status mahasiswa telat lulus, berjuang untuk menyelesaikan skripsi sekuat tenaga. Ketika aku sudah jenuh mengerjakan skripsi, kamu dengan penuh semangat bilang kepadaku bahwa menunda skripsi sehari berarti menunda nikah sehari, padahal waktu itu kamu juga masih mengerjakan skripsi sepertiku. Kamu masih ingat ketika sidang skripsimu aku datang, begitu juga ketika aku sidang skripsi, tetapi masih ingatkah apa kesamaan dari sidang skripsi itu selain proses kelulusan kita?!. Kesamaannya adalah kamu ngambek pada saat selesai sidang karena ulahku dan kamu juga ngambek saat aku sibuk sendiri ketika selesai sidang skripsi.

Masih ingatkah ketika bapakku meinggal?. Ketika itu aku sama sekali tidak memiliki uang untuk segera pulang menemui jenasah bapakku. Kamu dengan berurai airmata dirumahmu memberikan sejumlah uang kepadaku untuk biaya aku pulang menggunakan pesawat agar aku bisa bertemu dengan almarhum bapakku. Inilah jasa besarmu yang tak akan pernah aku lupakan sampai kapanpun, meskipun banyak kebaikan-kebaikan lainnya yang tak mungkin bisa aku balas satu persatu.

Diskusi panjang selalu mewarnai setiap hari kita ketika masih bersama, setiap saat selalu saja ada diskusi-diskusi yang kita lakukan untuk memecahkan sebuah permasalahan mulai yang sepele sampai yang paling berat dalam hidup kita. Diskusi menjadi santapan kita sehari-hari, bahkan banyak keputusan penting dalam kehidupanku dan kehidupanmu yang diambil dari diskusi panjang kita. Ketika kamu akan mengambil keputusan untuk Program Sertifikasi Tester, Program Profesi Konselor dan keputusan untuk melanjutkan S2. Terlihat berat memang setiap diskusi kita, tapi inilah kita dengan segala keunikannya.

Tanggal 28 September 2017, ketika itu aku putuskan untuk silaturahim kerumahmu di Tasikmalaya untuk kedua kalinya. Karena pertama kali aku kesana pada bulan September 2015 untuk mengantarmu operasi. Pada tahun 2017 ini aku beranikan diri untuk meminangmu, tetapi pinanganku ditolak oleh kedua orangtuamu. Aku sadar diri karena aku tak sepadan denganmu dan keluargamu. Masih terasa sakit ketika bagaimana keluargamu menolakku. Sejak saat itu, aku mulai menjaga jarak darimu. Aku sadar bahwa aku bukanlah jodohmu dan aku harus segera angkat kaki dari kehidupanmu. 33 Bulan yang sudah kita lalui bersama harus kita kubur dalam kotak kenangan dalam memori masa lalu kita. Semua kisah manis dan pahit yang sudah kita lalui tak akan pernah bisa terulang kembali. Inilah akhir dari kisah 33 Bulan bersamamu, ketika pinanganku ditolak oleh orangtuamu.

Semoga kamu menemukan laki-laki yang jauh lebih segalanya daripada aku yang hina ini. Karena aku memang tak pantas untuk bersanding denganmu dan menjadi nahkoda bagi biduk rumah tangga yang akan kita lalui. Selamat tinggal gadis yang 33 Bulan telah menemani dan membantuku melangkah, tanpamu mungkin aku bukanlah siapa-siapa saat ini. Inilah akhir dari semua kisah kehidupan kita, aku tak akan masuk kedalam kehidupanmu lagi.

Selamat Tinggal Gadis 33 Bulan.


Sukabumi, 07 Oktober 2017




Tidak ada komentar:

Posting Komentar