Rabu, 04 Februari 2015

Bunda Kasiyah yang Istimewa

Pertama kali aku mengenal beliau adalah saat aku kelas 11 SMA dan aku sangat menginginkan untuk bisa kuliah di UI saat lulus nanti. Aku mengenal beliau dari kawan yang aku kenal saat aku mengikuti kegiatan Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional yang diadakan oleh LIPI di Jepara pada tahun 2007 silam. Awalnya aku meminta tolong kepada temanku jika dia memiliki kenalan di UI agar dikenalkan kepadaku supaya aku bisa menanyakan bagaimana prosedur untuk mendaftar di UI dan bagaimana pula untuk bisa memperoleh beasiswa atau keringanan biaya pendidikan selama kuliah. Akhirnya rekanku itu memperkenalkanku kepada sosok dosen Fasilkom UI yang begitu hebat. Dia meminta agar aku merahasiakan nomor yang dia berikan dan memintaku untuk tidak menyebarkan nomor telepon dosen UI tersebut.

Setelah aku memperoleh nomor telepon dosen UI tersebut dari Adam, aku langsung menghubunginya. Awalnya aku hanya mengirimkan sms berupa perkenalan namaku, asal dan tujuan menghubungi beliau. Beliau tidak memberikan respon langsung dan aku mencoba bersabar saja menunggu jawaban karena mungkin beliau sedang sibuk. Beberapa hari setelah itu, beliau menjawab pesanku dan bertanya dari siapa aku memperoleh nomor telepon beliau. Aku menceritakan semuanya dan kemudian aku meminta beliau agar mengirimkan brosur UI ke sekolahku agar bisa membangkitkan semangat mereka yang ingin kuliah di UI. Selain itu, brosur tersebut aku gunakan untuk lebih mengenal kampus UI. Karena dalam brosur tersebut terdapat informasi mengenai sejarah UI dan berbagai macam fakultas yang ada didalamnya, semua informasi tersebut tersaji dalam bahasa inggris. Selain mengirimkan brosur, beliau juga memberikan sebuah memo agar aku semangat untuk belajar supaya bisa diterima di UI sebagai mahasiswa S1 dan bertemu dengan beliau, melalui memo itu juga aku baru mengetahui bahwa beliau menjabat sebagai Kasubdit Kesejahteraan Mahasiswa UI, sebuah jabatan yang mengharuskan beliau untuk mengelola dan menyaring semua beasiswa yang masuk untuk anak-anak UI. Melalui beliau juga aku mengetahui bagaimana prosedur untuk masuk UI dengan biaya murah, terutama bagi mahasiswa yang tidak mampu.

Setelah 2 tahun berlalu, akupun menyelesaikan pendidikan jenjang menengah atas dengan baik, akupun meminta ijin untuk mendaftar kuliah di UI melalui jalur SPMB Nusantara. Waktu itu, aku mengikuti tes di Surabaya dengan pilihan program studi Psikologi dan Ilmu Komputer. Aku berusaha semaksimal mungkin agar aku bisa diterima di kampus idamanku sejak dulu, akan tetapi saat pengumuman, aku tidak menemukan namaku pada pengumuman tersebut yang berarti aku tidak lolos untuk masuk UI melalui jalur ini. Sebelum SPMB diumumkan, aku sudah mendaftar juga untuk jalur SNMPTN (tes) agar aku bisa tetap kuliah. Namun, kali ini aku menyerah untuk memilih UI sebagai tujuanku, aku lebih memilih ITB untuk bidang Kebumian, UNJ untuk bidang Bimbingan dan Konseling, serta Unijoyo untuk bidang Ilmu Komunikasi. Entah keberuntungan seperti apa yang membuatku lolos dan diterima di UNJ, sebuah kampus di Jakarta yang dahulu adalah FKIP UI, kemudian berganti menjadi IKIP Jakarta dan menjadi UNJ sekarang. Rasa senang dan bangga karena aku bisa diterima di PTN melalui jalur tes, terlebih aku diterima di Jakarta sehingga aku lebih mudah untuk bertemu dengan Ibu Kasiyah, dosen Fasilkom UI yang menjadi motivatorku untuk melanjutkan pendidikan.

Pada bulan Agustus 2009, aku berangkat ke Jakarta untuk melakukan registrasi sebagai mahasiswa baru di UNJ. Ketika itu, aku masih tinggal di rumah pamanku di daerah Pamulang, Tangerang Selatan. Aku harus mempersiapkan semuanya dan memulai dari awal karena aku baru berpindah dari Jawa Timur ke Jakarta. Aku juga mengatur waktu agar aku bisa mengunjungi Ibu Kasiyah untuk bisa bertemu dengan beliau di Kampus UI Depok. Akhirnya waktu tiba juga, saat akhir Agustus aku harus bertemu dengan tetanggaku dari kampung di Depok yang dititipi uang oleh orangtuaku untuk kebutuhanku selama mempersiapkan diri menjelang perkuliahan. Aku tidak sia-siakan kesempatan itu untuk bertemu dengan Ibu Kasiyah di Bagian Kemahasiswaan UI. Pertemuan pertama dengan beliau tidak berlangsung lama, karena beliau juga masih sibuk dengan berbagai agenda yang harus diselesaikan. Beliau menginginkan agar aku mendaftar untuk masuk UI lagi tahun selanjutnya, tetapi itu terasa sangat berat karena aku sudah memutuskan untuk melanjutkan studi di UNJ. Ketika bertemu dengan sosok yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi kepadaku ini, aku memanfaatkan waktu singkatku tersebut untuk bertanya beberapa hal kepada beliau terkait kehidupan pribadi dan terkait UI juga. Pertemuan sekitar 15 menit itu terasa sangat singkat dan sangat kurang rasanya karena begitu nyaman bertemu dengan beliau yang sudah menganggapku seperti anaknya sendiri. Sebelum berpamitan pulang, beliau memberikan dua buah buku untuk aku baca dan agar menambah motivasiku selama kuliah di Jakarta. 


Waktu terus berjalan dan akupun semakin menikmati kehidupanku sebagai mahasiswa di UNJ. Aku menyempatkan waktu untuk bertemu dengan Ibu Kasiyah untuk sekedar men-charge energi positif dari beliau. Beliau adalah sosok dosen, sosok ibu, sosok panutan bagi orang yang mengenalnya. Aku memang tidak begitu memahami latar belakang keluarganya, akan tetapi aku selalu menemukan sosok ibu yang begitu mengayomi anak-anaknya pada diri ibu kasiyah. Sampai saat ini, Ibu Kasiyah selalu mendapatkan tempat tersendiri dihatiku, karena aku sudah menganggap beliau seperti ibu sendiri. Bahkan, beliau juga sering membantu kehidupanku selama di Jakarta. Jika aku mendapatkan kesulitan atau cobaan kehidupan, beliau selalu menguatkanku melalui SMS atau perkataannya yang sangat menginspirasi. Aku juga selalu beliau dorong agar segera menyelesaikan pendidikan S1 dan berlanjut untuk menempuh S2 seperti yang beliau harapkan. Aku juga termotivasi untuk bisa melanjutkan S2 di Kanada juga karena beliau merupakan lulusan dari Kanada pula, yaitu dari salah satu kampus di Vancouver, British Columbia. 

#30HariMenulisSuratCinta #HariKeenam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar