Jumat, 06 Februari 2015

Mamah Ncuy

Assalamualaikum Mamah, 

Semoga mamah selalu mengiringi langkah dan perjalanan hidup putra-putrinya yang sedang bertumbuh menjadi manusia yang sempurna dari sisi ALLAH. Mamah, tidak terasa sudah 100 hari mamah meninggalkan kami disini, mamah telah kembali ke Sang Pencipta. Aku memang bukan anaknya mamah, tetapi mamah sudah aku anggap seperti ibu sendiri di Jakarta. Aku masih terus merasa sedih karena tidak sempat bertemu dengan mamah di hari-hari terakhirnya mamah. Aku bahkan tidak tahu saat mamah meninggal dan dimakamkan, aku tidak tahu mamah sakit dan dirawat di rumah sakit. Terakhir aku bertemu mamah saat seusai idul fitri yang lalu, setelah itu, aku hanya bisa memandangi makamnya mamah saja. 

Mamah, entah mengapa sampai 100 hari kepergian mamah, aku masih saja merasakan begitu sedih karena kehilangan mamah. Mamah begitu welcome  saat menerima tamu sehingga aku merasa seperti di rumah sendiri sewaktu berada di rumahnya mamah. Mamah, tahukah mamah, sejak mamah meninggal setiap akhir pekan aku selalu ke rumah untuk memasak dan menemani sultan, putra terakhirnya mamah yang masih kelas 6 SD. 

Mamah, aku tidak bisa berkata-kata lagi karena kesedihan ini. Aku masih rindu pada mamah, aku ingin bertemu mamah, aku ingin berjumpa dengan mamah meski lewat mimpi. Tadi seusai shalat jumat, aku sempatkan untuk membersihkan makam. Aku tidak bisa berbuat banyak untuk mamah, aku hanya bisa memberikan yang terbaik untuk keluarga mamah saja. 

Semoga tenang disana ya mamah, salam untuk Uwa' Naman juga.

#30HariMenulisSuratCinta #HariKedelapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar