Sabtu, 14 Februari 2015

Vini, Malaikat Kecil Penuh Semangat

Aku hanya namanya adalah Vini, dia adalah gadis mungil yang aku temui di Panti Asuhan Harapan Remaja Rawamangun pada Bulan Juli tahun 2014 yang lalu. Gadis ini begitu istimewa di mataku. Aku memang baru sekali bertemu dengannya yaitu pada saat anak-anak BEMJ BK mengadakan buka bersama dengan anak panti asuhan. Pada saat itu aku diajak oleh rekan-rekan BEMJ agar ikut serta dalam acara ini, sekaligus berbagi kebahagiaan dengan mereka yang tinggal di panti asuhan ini.
          Vini adalah salah satu anak panti asuhan itu yang entah mengapa membuatku begitu tertarik dengan kisah hidupnya. Pada awal perjumpaan dengan gadis kecil yang saat ini duduk di kelas 7 SMP ini, dia selalu tertarik padaku dan menatapku dengan penuh harap. Dia terlihat begitu bahagia begitu melihatku dan selalu melemparkan senyuman saat aku melihat kearahnya. Selama acara buka bersama tersebut, dia berulang kali memandang kearahku sambil tersenyum. Sampai pada akhir acara yaitu bagi-bagi kado dan bersalaman dengan semua anak panti, disanalah rasa penasaranku mulai terjawab. Dia tiba-tiba mencium tanganku dan sambil berkata terima kasih “Ayah”. Iya, dia memanggilku ayah. Aku masih belum tahu apa alasan dia memanggilku ayah, mungkin dia melihat ayahnya ada dalam diriku atau karena apa aku juga tidak tahu.
          Saat selesai shalat maghrib, dia bermain dengan teman-temannya di halaman panti. Saat aku masih duduk di depan masjid, dia mendekatiku dan memanggilku ayah. Aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya, kenapa dia memanggilku dengan sebutan ayah?. Apakah ada suatu hal yang membuatnya memanggilku dengan sebutan ayah. Akhirnya dia mengatakan bahwa aku sangat mirip dengan ayahnya yang telah meninggalkannya bertahun-tahun silam. Aku masih bingung dengan apa yang dia katakana, aku putuskan untuk ikut shalat tarawih berjamaah disana dengan harapan agar aku bisa menggali informasi dari pengurus panti mengenai kehidupan Vini.
    Vini sejak kecil telah ditinggalkan oleh ayahnya entah kemana, ibunya harus membiayai semua kebutuhan keluarga dan termasuk biaya pendidikan Vini dan saudaranya. Ibunya memilih untuk menitipkan Vini di panti asuhan agar pendidikannya lebih terjamin karena Sang Ibu tidak sanggup jika harus membiayai pendidikan Vini. Akhirnya sejak SD, Vini dititipkan di panti asuhan tersebut sampai sekarang. Vini hanya pulang ke rumah saat waktu liburan saja. Vini merasakan kerinduan pada sosok ayahnya yang telah lama meninggalkan dia dan keluarga, Vini melihat sosok ayahnya hadir dalam diriku dan mirip denganku. Ayahnya memakai kacamata juga sepertiku dan juga berperawakan sama sepertiku, sehingga membuat Vini nyaman memanggilku dengan sebutan ayah. Ini merupakan pengalaman pertamaku dipanggil ayah oleh seorang anak yang baru aku kenal, padahal aku sendiri juga belum menikah dan juga belum memiliki anak.
          Jujur saja, aku sangat nyaman dengan panggilan tersebut yang keluar dari bibir seorang gadis mungil yang seumuran dengan adik bungsuku. Entah karena sudah naluri kebapakan yang muncul ataukah memang karena aku sudah mendambakan memiliki anak, tapi aku memang suka dengan panggilan yang Vini berikan kepadaku. Begitu aku menceritakan kisah ini kepada rekan-rekan di BEMJ, mereka mengatakan bahwa itu adalah sebuah pertanda bahwa aku harus segera menikah dan mendapatkan momongan.

          Vini adalah gadis yang sangat ceria, periang, gesit dan yang pasti dia adalah gadis yang menggemaskan dengan suara cemprengnya yang khas. Dia adalah anak pertama yang memanggilku dengan sebutan ayah, karena anak didikku sendiri memanggilku dengan sebutan kakak atau bapak, jadi tidak ada yang memanggilku dengan sebutan ayah. Semoga nanti aku bisa bertemu dengan Vini dan juga bisa berbagi kebahagiaan dengannya dan anak panti lainnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar