Aku hanya namanya adalah Vini,
dia adalah gadis mungil yang aku temui di Panti Asuhan Harapan Remaja
Rawamangun pada Bulan Juli tahun 2014 yang lalu. Gadis ini begitu istimewa di
mataku. Aku memang baru sekali bertemu dengannya yaitu pada saat anak-anak BEMJ
BK mengadakan buka bersama dengan anak panti asuhan. Pada saat itu aku diajak
oleh rekan-rekan BEMJ agar ikut serta dalam acara ini, sekaligus berbagi
kebahagiaan dengan mereka yang tinggal di panti asuhan ini.
Vini
adalah salah satu anak panti asuhan itu yang entah mengapa membuatku begitu
tertarik dengan kisah hidupnya. Pada awal perjumpaan dengan gadis kecil yang
saat ini duduk di kelas 7 SMP ini, dia selalu tertarik padaku dan menatapku
dengan penuh harap. Dia terlihat begitu bahagia begitu melihatku dan selalu
melemparkan senyuman saat aku melihat kearahnya. Selama acara buka bersama
tersebut, dia berulang kali memandang kearahku sambil tersenyum. Sampai pada
akhir acara yaitu bagi-bagi kado dan bersalaman dengan semua anak panti,
disanalah rasa penasaranku mulai terjawab. Dia tiba-tiba mencium tanganku dan
sambil berkata terima kasih “Ayah”. Iya, dia memanggilku ayah. Aku masih belum
tahu apa alasan dia memanggilku ayah, mungkin dia melihat ayahnya ada dalam diriku
atau karena apa aku juga tidak tahu.
Saat
selesai shalat maghrib, dia bermain dengan teman-temannya di halaman panti.
Saat aku masih duduk di depan masjid, dia mendekatiku dan memanggilku ayah. Aku
memberanikan diri untuk bertanya kepadanya, kenapa dia memanggilku dengan
sebutan ayah?. Apakah ada suatu hal yang membuatnya memanggilku dengan sebutan
ayah. Akhirnya dia mengatakan bahwa aku sangat mirip dengan ayahnya yang telah
meninggalkannya bertahun-tahun silam. Aku masih bingung dengan apa yang dia katakana,
aku putuskan untuk ikut shalat tarawih berjamaah disana dengan harapan agar aku
bisa menggali informasi dari pengurus panti mengenai kehidupan Vini.
Vini
sejak kecil telah ditinggalkan oleh ayahnya entah kemana, ibunya harus
membiayai semua kebutuhan keluarga dan termasuk biaya pendidikan Vini dan
saudaranya. Ibunya memilih untuk menitipkan Vini di panti asuhan agar
pendidikannya lebih terjamin karena Sang Ibu tidak sanggup jika harus membiayai
pendidikan Vini. Akhirnya sejak SD, Vini dititipkan di panti asuhan tersebut
sampai sekarang. Vini hanya pulang ke rumah saat waktu liburan saja. Vini
merasakan kerinduan pada sosok ayahnya yang telah lama meninggalkan dia dan
keluarga, Vini melihat sosok ayahnya hadir dalam diriku dan mirip denganku.
Ayahnya memakai kacamata juga sepertiku dan juga berperawakan sama sepertiku,
sehingga membuat Vini nyaman memanggilku dengan sebutan ayah. Ini merupakan
pengalaman pertamaku dipanggil ayah oleh seorang anak yang baru aku kenal,
padahal aku sendiri juga belum menikah dan juga belum memiliki anak.
Jujur
saja, aku sangat nyaman dengan panggilan tersebut yang keluar dari bibir
seorang gadis mungil yang seumuran dengan adik bungsuku. Entah karena sudah
naluri kebapakan yang muncul ataukah memang karena aku sudah mendambakan
memiliki anak, tapi aku memang suka dengan panggilan yang Vini berikan
kepadaku. Begitu aku menceritakan kisah ini kepada rekan-rekan di BEMJ, mereka
mengatakan bahwa itu adalah sebuah pertanda bahwa aku harus segera menikah dan
mendapatkan momongan.
Vini
adalah gadis yang sangat ceria, periang, gesit dan yang pasti dia adalah gadis
yang menggemaskan dengan suara cemprengnya yang khas. Dia adalah anak pertama
yang memanggilku dengan sebutan ayah, karena anak didikku sendiri memanggilku
dengan sebutan kakak atau bapak, jadi tidak ada yang memanggilku dengan sebutan
ayah. Semoga nanti aku bisa bertemu dengan Vini dan juga bisa berbagi
kebahagiaan dengannya dan anak panti lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar